Not a Love Triangle
Cast:
· Gloria Chindai Lagio
· Bagas Rahman Dwi Saputra
· Agatha Chelsea
· Difa Ryansyah
· Bella Graceva
· Alvaro Maldini
· Idola Cilik
Genre:
· Romance
· Sad
· Comedy (gagal)
Author:
· Dwi Riska Aulia (@dwiriska_a)
* * *
“Kukkuruyuuuukkk....”
Terdengar
suara Ayam mengalun indah pagi ini, lebih tepatnya pagi-pagi buta. Mataku sedikit
terbuka. Akupun menyadari kewajibanku pagi ini. Aku harus segera melaksanakan
sholat Subuh. Perlahan aku melebarkan mataku. Ku kumpulkan nyawaku dengan rapi.
Lalu aku membebaskan badanku dari balutan kain lembut nan tebal yang
mengahangatkanku semalaman – setiap malam. Dengan sangat malas, aku melangkah.
Melangkahkan kakiku menuju ruangan bersih yang ukurannya tak terlalu kecil juga
tak terlalu besar, kamar mandi di dalam kamarku.
Selesai
berwudhu, aku keluar dari kamarku. Melangkah lagi menuju Musholla yang ada di
dekat kamar Mama dan Papa. Di sana sudah terlihat Papa, Mama, dan Kak Ify – dia
kakakku. Kita memang selalu sholat subuh berjama’ah. Dan sialnya! Pagi ini aku
telat bangun. Pasti deh nanti aku kena hukuman. Karena di sana sudah lengkap
orang-orangnya, tinggal aku aja. Huuuhh... peraturan di dalam keluargaku ini
sangat menyebalkan. Masa kalo dateng paling akhir ke Musholla buat sholat Subuh
harus dihukum ??? Ngesellin banget, kan ?!! Entahlah hukumannya apa, yang jelas
mereka gak akan lupa. Apalagi si Kak Ify itu! Iiihh... dia pasti makin
ngompor-ngomporin Mama Papa buat hukum aku yang aneh-aneh. -_- . Awas aja tuh
anak! Gue lempar ke kolong jembatan ancur lo! Badan kok cungkring amat!
* * *
“Cindai..
Sini sayang..” suara lembut itu adalah suara Mamaku. Mama Laura.
Dan
Cindai itu adalah namaku. Nama lengkapku Gloria Chindai Lagio. Bisa nebak gak
umurku berapa? Hmmm.... 16 tahun! Yaa.. umurku 16 tahun. Dan kurang satu bulan
lagi aku akan merayakan “Sweet Seventeen” kuuu. Aku siswi di SMA Garuda.
Sekolah papolit loooh. Hehehe... EH, menurut kalian aku cantik gak sih?
Bayangin yaaa... ini ciri-ciriku. Warna kulit sawo matang, rambutku ikal, hitam
dan panjang, mataku nggak sipit juga nggak belo, sedang-sedang lah,
hidungkuuu..., hehehe sedikit pesek, bibirku mungil lumayan imut :3 , pipi
chubby, bentuk wajah bulat. Kalo kayak gitu menurut kalian cantik gak
siihhh....??!! kalo kata Mama sama Papa yaaa jelas cantik. Kalo nanya ke mereka
bisa-bisa dijawab “Angelina Jollie mah lewaatttt” Hahaha.. keren gak tuh?!
Kalo
untuk prestasi sendiri gak perlu ditanyain lagi. Piala udah sekamar. Piagam
penghargaan udah numpuk kayak buku-buku bekas. Dan medali, beeeuuuhh...,
bergelantungan deh. Bukannye aye sombong yeee.., tapi emang kenyataannye kayak
begono :D Wkwkwk peace mba’ bro mas bro. Cuma becanda kok. Prestasi yang aku
raih gak sehebat yang kalian bayangin kok, aku Cuma punya beberapa piala di
bidang musik dan juara lomba-lomba bidang study. Kebanyakan sih menang lomba
nyanyi. Dan ada beberapa juga penghargaan menang karate.
Dan
ini yang perlu kalian ketahui! Aku itu pribadi yaaaang.... sebutin satu-satu
yaa! Tapi jan komentar. Ehem.. lucu, ceria, humoris, sedikit cuek, pintar
lumayan, jago nyanyi (katanye), main musik juga bisa, bisa karate. Aku emang
tipe cewek HUMORIS, tapi seandainya semua tau yang sebenarnya, seandainya semua
tau bagaimana rapuhnya hatiku. Miriiiss.. sekali. Tapi sebisa mungkin aku
menutupi itu semua dari orang-orang di sekitarku. Makanya.. gak ada yang pernah
ngeliat aku GALAU, kata temen-temen sih aku gapernah galau gara-gara gapunya
pacar, ya emang aku gapunya pacar sampe-sampe aku dijuluki “AMBLOFO” (Always
JOMBLO Forever) -_- Hadeeehhh. Tapi asli! Tiap hari tuh gue GUE GALAU woooyy..
Cuman galau gue ini beda. Galaunya gue ini “GALAU DALAM HATI”. Coba aja di
dunia ini ada lomba “ANTI GALAU”, pasti kalo aku ikut langsung jadi THE WINNER
deh. GUBRAAKKK....!
* * *
Entah
kenapa pagi ini aku merasa bahagia sekali. Padahal, uang saku-ku hari ini
dipotong setengah gara-gara kejadian subuh tadi. Mungkin ini efek hari Sabtu.
Lohkok? Iya, karena kemarin diumumkan bahwa setiap hari Sabtu itu aku ada
jadwal latihan musik di jam pelajaran ke-5 dan ke-6, untuk perayaan ulang tahun
sekolah, aku juga lupa sih kapan pelaksanaannya. Sedangkan di jam itu aku ada
pelajaran IPS. Males banget kalo pas pelajaran itu -_- . Makanya aku seneng..
Hehehe.
Aku
dan Chelsea berjalan beriringan menuju studio musik. Chelsea ini adalah
sahabatku. Dia juga salah satu anggota band sekolah. Bedanya, aku di vokal dan
gitar, sedangkan Chelsea di bass. Dulu nih yaa aku sempat gak percaya banget
waktu tau Chelsea pinter main bass. Soalnya diakan terkenal dengan sangat
feminim!
“Udah
lengkap belom anggotanya ?” tanya Bagas dengan tegasnya, matanya menyapu seisi
studio. Bagas adalah leader di band kita – band SMA Garuda. Personilnya adalah
Aku, Bagas, Chelsea, dan Difa.
Sebelum
dilanjutkan, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian semua. Bagas ini adalah
cowok yang berhasil membuat aku “GALAU DALAM HATI”. Kalian tau kenapa? Aku
sangat mencintainya. Sedari dulu. Namun, aku terlambat. Dan mungkin memang
bukan aku gadis yang bisa mencuri hatinya. Dia memang tidak tau isi hatiku, dan
mungkin tak akan pernah tau. Aku tidak pernah bisa membayangkan jika suatu saat
nanti dia tau perasaan aku yang sebenarnya.
Bagas
sudah mempunyai kekasih. Namanya Bella. Dia gadis yang sangat cantik. Berbeda
sekali denganku. Aku hanya gadis biasa yang tak cantik dan tak kaya juga. Entah
kenapa aku ini egois! Hatiku selalu menginginkan Bagas tak bersama Bella. Ini
memang tidak wajar. Tapi mau bagaimana lagi. Hatiku sulit untuk menahan rasa
sesak saat melihat mereka berdua. Saat melihat mereka bermesraan, bercanda
tawa, bahkan sempat..........
_FlashBack_
Hari
ini adalah hari dimana setiap band yang mewakili sekolahnya dilombakan. Banyak
sekali pesertanya. SMA Garuda termasuk di sana. SMA Harapan Bangsa, SMA
Permata, SMA Pertiwi, dan masih banyak lagi SMA-SMA lainnya. Dan SMA Harapan
Bangsa adalah sekolahnya Bella – pacar Bagas.
Aku
sudah rapi dengan kostumku, kostum kami. Seragam sekolah. Aku mengikat
rambutku, dan membiarkannya hitam tanpa ada sebuah pita kecilpun di sana.
Sedangkan Chelsea, seperti hari-hari biasanya. Dia selalu terlihat cantik dalam
keadaan apapun. Difa masih dengan gaya khasnya yang selalu manis. Sedangkan
Bagas, yaaa! Dia selalu terlihat cool. Itu menurutku.
Kontes
telah usai. Dan hari ini akan menjadi hari yang sangat berharga bagi SMA
Garuda. Karena apa? Karena band SMA Garuda berhasil menjadi THE WINNER di dalam
kontes ini.
Aku
sedang ada di ruang istirahat. Dan sialnya! Di sini hanya ada Aku dan Bagas.
Kemana Chelsea dan Difa? Apakan mereka hilang ditelan bumi? Aku sangat benci
suasan seperti ini. Hening, mencekam, dan asli! Nge-BETEin.
“Hmm..
Gas..” sambil menggigit bibir bawahku aku memulai pembicaraan, dengan ragu
“Iya?”
Sial! Kenapa cuek sekali? Dia hanya menjawab ‘iya?’ tanpa noleh sedikitpun ke
aku? Melainkan melihat ke HP-nya itu
“Lo
lagi ngapain sih? Asik banget kayaknya!” aku mencoba berjalan mendekatinya,
mendekati tempat duduknya. Dan aku berhasil duduk di sebelahnya.
“Ini..
gue lagi SMS-an sama Bella. Pacar gue!” jawabnya enteng dengan terus
senyam-senyum sendiri ngeliatin HP-nya itu. GAJE !!!!
‘Gue
nyeessseekk keleeesss....!!’
“Eh,
Ndai. Ikut gue yuk!” tiba-tiba Bagas menarik tanganku.
‘Ohh
my eye, my heart, masya Alloohh... Ini asli! Demi apa Bagas megang tangan
gue??!’ Ucapku kegirangan dalam hati
Aku
hanya mengikuti langkah Bagas. Tangannya masih terus memegang tanganku. Dan
menurutku ini semakin erat. Sangat erat. Aku sungguh tidak bisa mengungkapkan
perasaanku dengan kata-kata. Aku sudah berasa terbang ke langit ke-tujuh,
tinggi sekali. Dan berharap untuk tidak jatuh. Bagas membawaku ke taman.
“Gue
boleh minta tolong gak, Ndai?” ucapnya dengan tersenyum, manis sekali.
Tangannya sudah melepas tanganku, namun matanya masih terus menatap mataku.
Tanpa
menjawab apa-apa, aku hanya mengangguk kaku. Lebih tepatnya aku salting di
hadapan Bagas seperti ini.
“Hay
Sayaaang...” tiba-terdengar suara centil itu. Seprtinya aku tidak asing lagi
dengan seuaranya. Bella! Yaa suara centil tadi adalah suara Bella.
Tak
dapat dipungkiri lagi. Hatiku sesak saat melihat Bella bergelayut manja di
lengan Bagas, dan Bagas membalasnya dengan mengelus puncak kepala Bella.
Siapapun yang melihat ini pasti akan mengatakan ‘So sweet banget sih..’ tapi
aku? Mana mungkin aku mengatakan itu. Yang ada, aku malah bisa nangis menjerit
sejadi-jadinya.
Aku
sudah tidak betah dengan tontonan ini. Aku tak rela mataku terus-terusan
menyaksikan pandangan eewwhh ini. Lebih baik aku segera pergi.
“Eh
Cindai!” Bagas memenggilku. Akupun menghentikan langkahku dan menoleh ke
arahnya.
“Katanya
tadi mau nolongin gue..” ujarnya mengingatkan
“Lo
mau minta tolong apa?” sahutku. Mungkin saat Bagas dan Bella mendengar aku
berbicara seperti tadi, mereka menilai ‘cuek banget lo!’
“...Hmm,,
tolong fotoin kita berdua dong!” jawab Bagas tersenyum
DEG!
Bagas
tersenyum saat hatiku hancur seperti ini? Kalimat barusan? Apa maksudnya? Jadi
Bagas mengajakku kesini hanya untuk menjadi fotografer. Untuk memfoto dirinya
dengan Bella? Masih punya hati kan, Gas? Mana hati kamu? Mana? PEKA dikit kek.
GUE CEMBURU!
“Yaudah”
jawabku pasrah. Sekuat mungkin aku harus menahan air mata ini untuk tidak
keluar. Aku harus bisa! Dan aku pasti bisa.
Pose
pertama. Bagas merangkul pundak Bella. Sedangkan Bella, ia menyandarkan
kepalanya pada bahu Bagas dengan tangannya yang merangkul pinggang Bagas. Mesra
sekali kan? Andaikan yang ada di posisi Bella itu aku. Pasti aku sudah tak bisa
berkutik lagi. Huh! STOP berandai-andai.
Pose
kedua. Bagas duduk di sebuah kursi panjang, dan Bella memeluknya dari belakang.
Kalau terus-terusan seperti ini, bisa keluar mataku ini.
Aku
tak sanggup menjelaskan pose-pose seterusnya. Itu hanya akan membuatku semakin
sakit.
_FlashBack Off_
“Udah
lengkap kok” koor aku, Chelsea, dan Difa
“Hmm..
oke! Siapin semuanya ya!” ujar Bagas
Difa
sudah stand by di kursi drum-nya. Aku juga sudah menunggu di depan dengan
membawa gitar dan mikrofonku di depan. Bagas sudah berjalan menuju
keyboard-nya. Dan chelsea sedang mengambil bass-nya yang terletak tak jauh dari
keyboard Bagas.
“Aaaa...”
Chelsea berteriak karena dirinya hampir jatuh, aku melihat kakinya tersangkut
di salah satu kabel yang berserakan di sana. Bagas yang ada di sampingnya pun
dengan sigap menangkap Chelsea. Chelsea-pun terjatuh kedalam pelukan Bagas.
DEG!
Kenapa
harus seperti ini? Aku melihat mereka berdua bertatapan. Cukup lama. Dan aku
merasa ada yang aneh di sana. Apa mereka? Aarghh.. tidak. Tidak mungkin! Bagas
kan sudah punya pacar.
Bagas
dan Chelsea tersadar. Chelsea bangkit dan Bagas melepaskan tangannya yang tadi
menangkap pinggang Chelsea. “Lo gapapa kan, Chel?” tanya Bagas. Nadanya kenapa
sangat lembut.
Lagi-lagi
hatiku terasa teriris-iris bagaikan daging cingcang.
“Gapapa
kok, Gas” jawab Chelsea tersenyum
Dum..
dum.. jedag.. jedag... cis! Jedag jedag... druumm.. jedag!
Difa?
Apa yang dia lakukan? Kenapa sepertinya dia marah sekali. Dia memukul-mukul
drum-nya dengan sangat tak beraturan.
BRAAKK!!!
Pukulan
terakhir. Dan setelah itu Difa keluar. Ada apa dengan dia? Penasaran. Akupun
mengejarnya. Aku sudah tak peduli dengan dua insan yang ada di dalam studio
itu.
“Dif...
Difaa!” aku berteriak. Aku melihat Difa berlari dengan begitu cepat. Dan
sepertinya langkah Difa menuju taman belakang. Aku terus mengikutinya.
Aku
menoleh ke belakang. Mana Bagas dan Chelsea? Mereka tidak mengejar Difa?
Keterlaluan banget sih!
Aku
telah tiba di taman belakang sekolah. Aku lihat Difa duduk di sebuah kursi
panjang. Wajahnya memerah. Tangannya mencengkram begitu kuat rambut-rambutnya.
Aku semakin tak mengerti dengan temanku ini. Akupun mennghampirinya.
“Dif”
panggilku pelan
“.....”
Difa tak menjawabku. Kenapa jadi ketularan sifatnya si Bagas? Tapi sebelumnya
Difa tak pernah seperti ini. Dia bukan tipe cowok yang sok cuek. Kayak si Bagas
itu.
“Lo
kenapa, Dif?” sekali lagi aku mencoba. Aku sangat ragu dengan pertanyaanku
tadi.
GREP!
Difa
memelukku. Hah?! Kok bisa?
“Gue
cemburu, Ndai. Udah lama gue suka sama Chelsea. Tapi kenapa tadi Bagas sama
Chelsea... Aaarrgghh.. gue cemburu, Ndai” ujarnya sambil memelukku
Kenapa
kisah Difa sama denganku? Aku yang sudah terbiasa galau dalam hati seperti ini
sangat bisa merasakan apa yang Difa rasakan sekarang. Aku membalas pelukannya.
“Sabar ya, Dif. Gue yakin, suatu saat nanti Chelsea pasti tau perasaan lo yang
sebenarnya. Dan lo harus percaya! Ada Tuhan yang tau semuanya. Dia pasti
mendengar Dif, mendengar semua jeritan hati lo!” ujarku. Sok bijak sekali aku
ini. Tapi memang itu yang selalu aku katakan pada diriku sendiri saat aku
sedih.
Aku
dan Difa masih saling berpelukan. Dan tiba-tiba aku melihat sosok Bagas di
kejauhan sana. Difa tidak mengetahui itu karena arah yang berbeda. Kenapa
sepertinya ekspresi Bagas beda sekali saat melihat aku berpelukan dengan Difa?
Dia cemburu? Ah.. mana mungkin. Terlalu berhayak kamu Cindaaaii.
* * *
Sudah
menjadi kebiasaanku setiap malam. Menulis di dalam sebuah diary. Buku cantik
yang selalu setia mendengarkan curhatku. Aku meraihnya yang sedari tadi
terletak di atas meja belajarku. Aku membukanya! Yaaa! Kenapa rasanya malas
sekali malam ini untuk mengisinya. Karena aku tau, pasti aku akan menulis
“Semoga Bagas tau perasaanku.” Itu sudah menjadi tulisan wajibku setiap hari.
Isi diary ku ini hanya tentang Bagas, Bagas, dan Bagas.
Aku
beralih ke sebuah benda berwarna biru yang berdiri di samping tempat tidurku.
GITAR. Aku mengambilnya.
JRENG!
Aku
memulainya dengan sebuah gen-jre-ngan.
Aku memang belum beruntung
Untuk menjatuhkan hatimu
Aku masih belum beruntung
Namun tinggi harapanku
Tuk hidup berdua denganmu
Aku sempurna
Denganmu ku ingin habiskan sisa umurku
Tuhan.. jadikanlah dia jodohku
Hanya dia yang membuat aku terpukau..
(Astrid- Terpukau)
Prok...
prok.. prok...
Aku
mendengar suara tepuk tangan. Aku menoleh. Dan...., aku melihat seseorang di
ambang pintu kamarku. Mataku sudah tak asing dengannya. Dia adalah Aldi. Ini
semua gara-gara Mama. Mama pernah membaca buku diary-ku. Dan Mama tau isi
hatiku. Dan Aldi ini, dia adalah anak temannya. Mama pernah bilang “Aldi yang
akan menggantikan sosok Bagas, Sayang...” Huh! Mana mungkin.
Aldi
memang ganteng, dan aku tau dia mempunyai hobi yang sama denganku. MUSIK !!!
Dia juga sering main gitar di kamarku, yaa meskipun aku hanya “cuek bebek”
dengan keberadaannya. Tapi kenapa yaa rasanya sulit sekali untuk menggantikan
sosok Bagas di hatiku. Aku sudah mencobanya beribu-ribu kali. Tetap saja tidak
bisa.
“Keren...”
ujarnya sembari melangkah mendekat ke arahku
“Makasih..”
jawabku tersenyum, setidaknya aku tidak selalu membuatnya kecewa
Aku
melihat kedua tangannya terangkat. Ia menyentuh pipi chubbyku, dengan sangat
lembut.
“Kamu
habis nangis ya? Pipi kamu basah..”
Sial!!
Kenapa dia tau? Padahal aku kan sudah menyekanya saat melihat dia ada di ambang
pintu.
“Ng...
nggak.. gue ganangis kok” dustaku. Ini yang tidak bisa aku atasi. Dia semudah
itu bersifat manis padaku, bicara saja menggunakan “aku-kamu” sedangkan aku?
Kenapa sesulit ini.
“Hmmm..
okedeh! Tapi aku tau loh..” jawabnya berusaha untuk tidak memutus pembicaraan
kali ini
“Yaudah!
Gue emang ga nangis. Udah deh lo pulang aja! Gue mau tidur.” ketusku sembari
meletakkan gitarku. Kemudian merebahkan tubuhku di tempat tidur.
Aku
tau, pasti sekarang dia sedang tersenyum geli dengan sifatku ini. Yaa! Dia
memang pernah bilang, katanya aku lebih cantik kalo pas lagi cuek.
Entah
kenapa aku merasakan ada sesuatu yang sangat lembut dan hangat membalut
tubuhku. Ternyata Aldi menyelimuti badanku dengan selimut biru favoritku ini.
Aku mendengarnya berbisik “Good night yaa.. nice dream!” lalu aku mendengar
suara pintu kamarku terbuka dan ia menutupnya dengan pelan.
Aku
selalu berdo’a. Semoga suatu saat nanti, Bagas yang akan selalu ada untukku.
Menemani aku nyanyi, menyelimuti tubuhku, dan mengucapkan ‘nice dream’ saat aku
hendak tidur.
* * *
“Hoaaaammm....”
Aku
membuka selimut yang telah membalutku untuk tidur semalam. Ku rasakan silau
cahaya matahari menyelinap masuk melalu gorden kamarku. Akupun sedikit
menyipitkan mataku karena silau itu.
Yaa!
Pagi ini memang tak seperti pagi kemarin, aku tidak perlu sholat Subuh karena
sedang halangan, biasa urusan wanita..., hehehe.
Tok..
tok.. tok...
Siapa
itu? hmmm.. pasti kakak-ku yang bertubuh ramping tapi tidak seksi itu.
“Masuukk!”
jawabku
“Ya
Alloooohhh Cindaaaiii... lo belom mandi??!”
Benar,
kan? Tidak salah lagi, dia memang kak Ify.
“Kalo
belom kenapa? masalah buat lo??! Lagian ini kan hari Minggu.. jadi bebas dong
gue mau mandi apa kagak.” Ketusku kemudian kembali menarik selimutku dan
melanjutkan aktifitas tidurku.
“Woy
woy woooyyy... gue mau ajak lo joging!” sergah kak Ify
“What??!
Seriusan lo kak?” wajahku terlihat sangat berbinar saat mendengar ucapan kak
Ify barusan
“Iya
serius bingiittss deh gue. Pokoknya lo cepetan mandi, ganti baju, dan pake parfum!
Soalnya gue gamau malu ntar kalo ketemu temen gue gegara adek gue yang gak
wangi! GOOO !!!”
‘Egilaaa!
Cerewet amat lo kak. Ngatain gue bau lagi! Awas aja ya lo ntar! Gue gendutin
loo!!’
* * *
Saat
ini aku sedang berdiri di hadapan cermin besar di kamarku. Aku mengenakan kaos
oblong berwarna biru yang tidak terlalu ketat, celana jeans selutut, sepatu
olahraga biru putih, dan topi dengan warna senada. Aku mengikat rambut
panjangku kemudian aku masukkan kedalam bolongan yang ada di belakang topi (?)
*apasihtuhnamanya?* -,- polesan sedikit di wajah, biar bagaimanapun juga aku
tetap seorang gadis. Mana ada remaja cewek yang keluar dengan membiarkan
wajahnya acak-acakan? Gamungkin kan...! yaaa! Aku siap jogiiiiing...!!!
“Yuk,
Kak!” ujarku pada Ify yang sedari tadi menungguku di teras rumah
“Lama!”
“Biarin!”
“Errrrrr....”
“Wleeee..”
“Uda
ah, ntar keburu siang!”
“Yaudah
ayook!”
* * *
“Kak
Ify... capeeekk...” rengekku saat sampai di sebuah taman. Aku duduk di kursi
panjang. Menselonjorkan kakiku dan melemaskannya.
“Yaudah
deh kita istirahat dulu!” jawab kak Ify sembari duduk di sebelah-ku
“Ifyyyyy......”
terdengar suara teriakan memanggil nama Kak Ify. Aku dan Kak Ifypun menoleh.
“Sivia??”
ujar kak Ify dengan sedikit kaget namun wajahnya berbinar saat cewek itu
berjalan mendekat ke arah kami
“Siapa
sih, Kak?” tanyaku, sebenarnya gak penting juga sih -_-
“Temen
lama, Ndai. Eh lo tunggu sini dulu ya!” jawab kak Ify. Dan tiba-tiba ia bangkit
dari posisinya, aku hanya diam. Mungkin kak Ify merindukan teman lama-nya itu.
Eh
tunggu! Sepertinya aku merasa ada sesuatu yang tak asing dengan teman kak Ify
tadi. Cowok yang di sebelahnya? Bagas! Yaaa aku tau sekali itu Bagas. Kenapa
Bagas bersama teman kak Ify? Jangan-jangaann... hah! Masa! Nggak deh.
Aku
terus memperhatikannya. Kak Ify dan temannya yang dipanggil Sivia tadi sedang
berbincang-bincang. Dan cowok yang aku sebut Bagas itu ternyata..., Haaahh??!
Dia berjalan ke arahku?
Aku
masih menunggunya. Namun aku berpura-pura tidak tau. Masih dengan posisi tadi.
Aku menselonjorkan kakiku di kursi panjang sambil terus memukulinya pelan,
untuk melemaskan. Namun itu aku lakukan juga bertujuan untuk ‘Sok sibuk
sendiri’ saja!
“Hey!
Kamu sama siapa kesini?” aku mendengar suara itu, itu suara Bagas! Benar-benar
Bagas.
Namun,
yang dia hampiri bukan aku. Melainkan wanita yang ada di belakangku, dia Bella.
Kenapa aku tidak menyadari itu? aaarghh... mana mungkin Bagas peduli denganku.
“Hey
sayang!” mendengar suara itu aku menoleh. Kenapa semuanya seperti ini? Dia?
ALDI ?? kenapa dia memanggil Bella dengan sebutan sayang? Dan Bagas? Huuhh.. sungguh
membingungkan.
TUNGGU DI BAG.2 !!!
Jangan jadi silent reader yaa!
Kalo udah baca langsung COMENT !! :)
Thanks ;)