Minggu, 02 Februari 2014

Cerpen Bagas Cindai ~NOT A LOVE TRIANGLE~ @dwiriska_a (Bag.1)

Not a Love Triangle
Cast:
·     Gloria Chindai Lagio
·     Bagas Rahman Dwi Saputra
·     Agatha Chelsea
·     Difa Ryansyah
·     Bella Graceva
·     Alvaro Maldini
·     Idola Cilik

Genre:
·     Romance
·     Sad
·     Comedy (gagal)

Author:
·     Dwi Riska Aulia (@dwiriska_a)

* * *

        “Kukkuruyuuuukkk....”
          Terdengar suara Ayam mengalun indah pagi ini, lebih tepatnya pagi-pagi buta. Mataku sedikit terbuka. Akupun menyadari kewajibanku pagi ini. Aku harus segera melaksanakan sholat Subuh. Perlahan aku melebarkan mataku. Ku kumpulkan nyawaku dengan rapi. Lalu aku membebaskan badanku dari balutan kain lembut nan tebal yang mengahangatkanku semalaman – setiap malam. Dengan sangat malas, aku melangkah. Melangkahkan kakiku menuju ruangan bersih yang ukurannya tak terlalu kecil juga tak terlalu besar, kamar mandi di dalam kamarku.
          Selesai berwudhu, aku keluar dari kamarku. Melangkah lagi menuju Musholla yang ada di dekat kamar Mama dan Papa. Di sana sudah terlihat Papa, Mama, dan Kak Ify – dia kakakku. Kita memang selalu sholat subuh berjama’ah. Dan sialnya! Pagi ini aku telat bangun. Pasti deh nanti aku kena hukuman. Karena di sana sudah lengkap orang-orangnya, tinggal aku aja. Huuuhh... peraturan di dalam keluargaku ini sangat menyebalkan. Masa kalo dateng paling akhir ke Musholla buat sholat Subuh harus dihukum ??? Ngesellin banget, kan ?!! Entahlah hukumannya apa, yang jelas mereka gak akan lupa. Apalagi si Kak Ify itu! Iiihh... dia pasti makin ngompor-ngomporin Mama Papa buat hukum aku yang aneh-aneh. -_- . Awas aja tuh anak! Gue lempar ke kolong jembatan ancur lo! Badan kok cungkring amat!

* * *

          “Cindai.. Sini sayang..” suara lembut itu adalah suara Mamaku. Mama Laura.

          Dan Cindai itu adalah namaku. Nama lengkapku Gloria Chindai Lagio. Bisa nebak gak umurku berapa? Hmmm.... 16 tahun! Yaa.. umurku 16 tahun. Dan kurang satu bulan lagi aku akan merayakan “Sweet Seventeen” kuuu. Aku siswi di SMA Garuda. Sekolah papolit loooh. Hehehe... EH, menurut kalian aku cantik gak sih? Bayangin yaaa... ini ciri-ciriku. Warna kulit sawo matang, rambutku ikal, hitam dan panjang, mataku nggak sipit juga nggak belo, sedang-sedang lah, hidungkuuu..., hehehe sedikit pesek, bibirku mungil lumayan imut :3 , pipi chubby, bentuk wajah bulat. Kalo kayak gitu menurut kalian cantik gak siihhh....??!! kalo kata Mama sama Papa yaaa jelas cantik. Kalo nanya ke mereka bisa-bisa dijawab “Angelina Jollie mah lewaatttt” Hahaha.. keren gak tuh?!
          Kalo untuk prestasi sendiri gak perlu ditanyain lagi. Piala udah sekamar. Piagam penghargaan udah numpuk kayak buku-buku bekas. Dan medali, beeeuuuhh..., bergelantungan deh. Bukannye aye sombong yeee.., tapi emang kenyataannye kayak begono :D Wkwkwk peace mba’ bro mas bro. Cuma becanda kok. Prestasi yang aku raih gak sehebat yang kalian bayangin kok, aku Cuma punya beberapa piala di bidang musik dan juara lomba-lomba bidang study. Kebanyakan sih menang lomba nyanyi. Dan ada beberapa juga penghargaan menang karate.
          Dan ini yang perlu kalian ketahui! Aku itu pribadi yaaaang.... sebutin satu-satu yaa! Tapi jan komentar. Ehem.. lucu, ceria, humoris, sedikit cuek, pintar lumayan, jago nyanyi (katanye), main musik juga bisa, bisa karate. Aku emang tipe cewek HUMORIS, tapi seandainya semua tau yang sebenarnya, seandainya semua tau bagaimana rapuhnya hatiku. Miriiiss.. sekali. Tapi sebisa mungkin aku menutupi itu semua dari orang-orang di sekitarku. Makanya.. gak ada yang pernah ngeliat aku GALAU, kata temen-temen sih aku gapernah galau gara-gara gapunya pacar, ya emang aku gapunya pacar sampe-sampe aku dijuluki “AMBLOFO” (Always JOMBLO Forever) -_- Hadeeehhh. Tapi asli! Tiap hari tuh gue GUE GALAU woooyy.. Cuman galau gue ini beda. Galaunya gue ini “GALAU DALAM HATI”. Coba aja di dunia ini ada lomba “ANTI GALAU”, pasti kalo aku ikut langsung jadi THE WINNER deh. GUBRAAKKK....!

* * *

          Entah kenapa pagi ini aku merasa bahagia sekali. Padahal, uang saku-ku hari ini dipotong setengah gara-gara kejadian subuh tadi. Mungkin ini efek hari Sabtu. Lohkok? Iya, karena kemarin diumumkan bahwa setiap hari Sabtu itu aku ada jadwal latihan musik di jam pelajaran ke-5 dan ke-6, untuk perayaan ulang tahun sekolah, aku juga lupa sih kapan pelaksanaannya. Sedangkan di jam itu aku ada pelajaran IPS. Males banget kalo pas pelajaran itu -_- . Makanya aku seneng.. Hehehe.


          Aku dan Chelsea berjalan beriringan menuju studio musik. Chelsea ini adalah sahabatku. Dia juga salah satu anggota band sekolah. Bedanya, aku di vokal dan gitar, sedangkan Chelsea di bass. Dulu nih yaa aku sempat gak percaya banget waktu tau Chelsea pinter main bass. Soalnya diakan terkenal dengan sangat feminim!

          “Udah lengkap belom anggotanya ?” tanya Bagas dengan tegasnya, matanya menyapu seisi studio. Bagas adalah leader di band kita – band SMA Garuda. Personilnya adalah Aku, Bagas, Chelsea, dan Difa.

          Sebelum dilanjutkan, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian semua. Bagas ini adalah cowok yang berhasil membuat aku “GALAU DALAM HATI”. Kalian tau kenapa? Aku sangat mencintainya. Sedari dulu. Namun, aku terlambat. Dan mungkin memang bukan aku gadis yang bisa mencuri hatinya. Dia memang tidak tau isi hatiku, dan mungkin tak akan pernah tau. Aku tidak pernah bisa membayangkan jika suatu saat nanti dia tau perasaan aku yang sebenarnya.
          Bagas sudah mempunyai kekasih. Namanya Bella. Dia gadis yang sangat cantik. Berbeda sekali denganku. Aku hanya gadis biasa yang tak cantik dan tak kaya juga. Entah kenapa aku ini egois! Hatiku selalu menginginkan Bagas tak bersama Bella. Ini memang tidak wajar. Tapi mau bagaimana lagi. Hatiku sulit untuk menahan rasa sesak saat melihat mereka berdua. Saat melihat mereka bermesraan, bercanda tawa, bahkan sempat..........

_FlashBack_

          Hari ini adalah hari dimana setiap band yang mewakili sekolahnya dilombakan. Banyak sekali pesertanya. SMA Garuda termasuk di sana. SMA Harapan Bangsa, SMA Permata, SMA Pertiwi, dan masih banyak lagi SMA-SMA lainnya. Dan SMA Harapan Bangsa adalah sekolahnya Bella – pacar Bagas.

          Aku sudah rapi dengan kostumku, kostum kami. Seragam sekolah. Aku mengikat rambutku, dan membiarkannya hitam tanpa ada sebuah pita kecilpun di sana. Sedangkan Chelsea, seperti hari-hari biasanya. Dia selalu terlihat cantik dalam keadaan apapun. Difa masih dengan gaya khasnya yang selalu manis. Sedangkan Bagas, yaaa! Dia selalu terlihat cool. Itu menurutku.

          Kontes telah usai. Dan hari ini akan menjadi hari yang sangat berharga bagi SMA Garuda. Karena apa? Karena band SMA Garuda berhasil menjadi THE WINNER di dalam kontes ini.

          Aku sedang ada di ruang istirahat. Dan sialnya! Di sini hanya ada Aku dan Bagas. Kemana Chelsea dan Difa? Apakan mereka hilang ditelan bumi? Aku sangat benci suasan seperti ini. Hening, mencekam, dan asli! Nge-BETEin.

          “Hmm.. Gas..” sambil menggigit bibir bawahku aku memulai pembicaraan, dengan ragu

          “Iya?” Sial! Kenapa cuek sekali? Dia hanya menjawab ‘iya?’ tanpa noleh sedikitpun ke aku? Melainkan melihat ke HP-nya itu

          “Lo lagi ngapain sih? Asik banget kayaknya!” aku mencoba berjalan mendekatinya, mendekati tempat duduknya. Dan aku berhasil duduk di sebelahnya.

          “Ini.. gue lagi SMS-an sama Bella. Pacar gue!” jawabnya enteng dengan terus senyam-senyum sendiri ngeliatin HP-nya itu. GAJE !!!!

          ‘Gue nyeessseekk keleeesss....!!’

          “Eh, Ndai. Ikut gue yuk!” tiba-tiba Bagas menarik tanganku.

          ‘Ohh my eye, my heart, masya Alloohh... Ini asli! Demi apa Bagas megang tangan gue??!’ Ucapku kegirangan dalam hati

          Aku hanya mengikuti langkah Bagas. Tangannya masih terus memegang tanganku. Dan menurutku ini semakin erat. Sangat erat. Aku sungguh tidak bisa mengungkapkan perasaanku dengan kata-kata. Aku sudah berasa terbang ke langit ke-tujuh, tinggi sekali. Dan berharap untuk tidak jatuh. Bagas membawaku ke taman.

          “Gue boleh minta tolong gak, Ndai?” ucapnya dengan tersenyum, manis sekali. Tangannya sudah melepas tanganku, namun matanya masih terus menatap mataku.

          Tanpa menjawab apa-apa, aku hanya mengangguk kaku. Lebih tepatnya aku salting di hadapan Bagas seperti ini.

          “Hay Sayaaang...” tiba-terdengar suara centil itu. Seprtinya aku tidak asing lagi dengan seuaranya. Bella! Yaa suara centil tadi adalah suara Bella.

          Tak dapat dipungkiri lagi. Hatiku sesak saat melihat Bella bergelayut manja di lengan Bagas, dan Bagas membalasnya dengan mengelus puncak kepala Bella. Siapapun yang melihat ini pasti akan mengatakan ‘So sweet banget sih..’ tapi aku? Mana mungkin aku mengatakan itu. Yang ada, aku malah bisa nangis menjerit sejadi-jadinya.

          Aku sudah tidak betah dengan tontonan ini. Aku tak rela mataku terus-terusan menyaksikan pandangan eewwhh ini. Lebih baik aku segera pergi.

          “Eh Cindai!” Bagas memenggilku. Akupun menghentikan langkahku dan menoleh ke arahnya.

          “Katanya tadi mau nolongin gue..” ujarnya mengingatkan

          “Lo mau minta tolong apa?” sahutku. Mungkin saat Bagas dan Bella mendengar aku berbicara seperti tadi, mereka menilai ‘cuek banget lo!’

          “...Hmm,, tolong fotoin kita berdua dong!” jawab Bagas tersenyum

          DEG!

          Bagas tersenyum saat hatiku hancur seperti ini? Kalimat barusan? Apa maksudnya? Jadi Bagas mengajakku kesini hanya untuk menjadi fotografer. Untuk memfoto dirinya dengan Bella? Masih punya hati kan, Gas? Mana hati kamu? Mana? PEKA dikit kek. GUE CEMBURU!

          “Yaudah” jawabku pasrah. Sekuat mungkin aku harus menahan air mata ini untuk tidak keluar. Aku harus bisa! Dan aku pasti bisa.

          Pose pertama. Bagas merangkul pundak Bella. Sedangkan Bella, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Bagas dengan tangannya yang merangkul pinggang Bagas. Mesra sekali kan? Andaikan yang ada di posisi Bella itu aku. Pasti aku sudah tak bisa berkutik lagi. Huh! STOP berandai-andai.

          Pose kedua. Bagas duduk di sebuah kursi panjang, dan Bella memeluknya dari belakang. Kalau terus-terusan seperti ini, bisa keluar mataku ini.

          Aku tak sanggup menjelaskan pose-pose seterusnya. Itu hanya akan membuatku semakin sakit.

_FlashBack Off_

          “Udah lengkap kok” koor aku, Chelsea, dan Difa

          “Hmm.. oke! Siapin semuanya ya!” ujar Bagas

          Difa sudah stand by di kursi drum-nya. Aku juga sudah menunggu di depan dengan membawa gitar dan mikrofonku di depan. Bagas sudah berjalan menuju keyboard-nya. Dan chelsea sedang mengambil bass-nya yang terletak tak jauh dari keyboard Bagas.

          “Aaaa...” Chelsea berteriak karena dirinya hampir jatuh, aku melihat kakinya tersangkut di salah satu kabel yang berserakan di sana. Bagas yang ada di sampingnya pun dengan sigap menangkap Chelsea. Chelsea-pun terjatuh kedalam pelukan Bagas.

          DEG!

          Kenapa harus seperti ini? Aku melihat mereka berdua bertatapan. Cukup lama. Dan aku merasa ada yang aneh di sana. Apa mereka? Aarghh.. tidak. Tidak mungkin! Bagas kan sudah punya pacar.

          Bagas dan Chelsea tersadar. Chelsea bangkit dan Bagas melepaskan tangannya yang tadi menangkap pinggang Chelsea. “Lo gapapa kan, Chel?” tanya Bagas. Nadanya kenapa sangat lembut.

          Lagi-lagi hatiku terasa teriris-iris bagaikan daging cingcang.

          “Gapapa kok, Gas” jawab Chelsea tersenyum

          Dum.. dum.. jedag.. jedag... cis! Jedag jedag... druumm.. jedag!

          Difa? Apa yang dia lakukan? Kenapa sepertinya dia marah sekali. Dia memukul-mukul drum-nya dengan sangat tak beraturan.

          BRAAKK!!!

          Pukulan terakhir. Dan setelah itu Difa keluar. Ada apa dengan dia? Penasaran. Akupun mengejarnya. Aku sudah tak peduli dengan dua insan yang ada di dalam studio itu.

          “Dif... Difaa!” aku berteriak. Aku melihat Difa berlari dengan begitu cepat. Dan sepertinya langkah Difa menuju taman belakang. Aku terus mengikutinya.

          Aku menoleh ke belakang. Mana Bagas dan Chelsea? Mereka tidak mengejar Difa? Keterlaluan banget sih!

          Aku telah tiba di taman belakang sekolah. Aku lihat Difa duduk di sebuah kursi panjang. Wajahnya memerah. Tangannya mencengkram begitu kuat rambut-rambutnya. Aku semakin tak mengerti dengan temanku ini. Akupun mennghampirinya.

          “Dif” panggilku pelan

          “.....” Difa tak menjawabku. Kenapa jadi ketularan sifatnya si Bagas? Tapi sebelumnya Difa tak pernah seperti ini. Dia bukan tipe cowok yang sok cuek. Kayak si Bagas itu.

          “Lo kenapa, Dif?” sekali lagi aku mencoba. Aku sangat ragu dengan pertanyaanku tadi.

          GREP!

          Difa memelukku. Hah?! Kok bisa?

          “Gue cemburu, Ndai. Udah lama gue suka sama Chelsea. Tapi kenapa tadi Bagas sama Chelsea... Aaarrgghh.. gue cemburu, Ndai” ujarnya sambil memelukku

          Kenapa kisah Difa sama denganku? Aku yang sudah terbiasa galau dalam hati seperti ini sangat bisa merasakan apa yang Difa rasakan sekarang. Aku membalas pelukannya. “Sabar ya, Dif. Gue yakin, suatu saat nanti Chelsea pasti tau perasaan lo yang sebenarnya. Dan lo harus percaya! Ada Tuhan yang tau semuanya. Dia pasti mendengar Dif, mendengar semua jeritan hati lo!” ujarku. Sok bijak sekali aku ini. Tapi memang itu yang selalu aku katakan pada diriku sendiri saat aku sedih.

          Aku dan Difa masih saling berpelukan. Dan tiba-tiba aku melihat sosok Bagas di kejauhan sana. Difa tidak mengetahui itu karena arah yang berbeda. Kenapa sepertinya ekspresi Bagas beda sekali saat melihat aku berpelukan dengan Difa? Dia cemburu? Ah.. mana mungkin. Terlalu berhayak kamu Cindaaaii.

* * *

          Sudah menjadi kebiasaanku setiap malam. Menulis di dalam sebuah diary. Buku cantik yang selalu setia mendengarkan curhatku. Aku meraihnya yang sedari tadi terletak di atas meja belajarku. Aku membukanya! Yaaa! Kenapa rasanya malas sekali malam ini untuk mengisinya. Karena aku tau, pasti aku akan menulis “Semoga Bagas tau perasaanku.” Itu sudah menjadi tulisan wajibku setiap hari. Isi diary ku ini hanya tentang Bagas, Bagas, dan Bagas.

          Aku beralih ke sebuah benda berwarna biru yang berdiri di samping tempat tidurku. GITAR. Aku mengambilnya.

          JRENG!

          Aku memulainya dengan sebuah gen-jre-ngan.

          Aku memang belum beruntung
          Untuk menjatuhkan hatimu
          Aku masih belum beruntung
          Namun tinggi harapanku
          Tuk hidup berdua denganmu

          Aku sempurna
          Denganmu ku ingin habiskan sisa umurku
          Tuhan.. jadikanlah dia jodohku
          Hanya dia yang membuat aku terpukau..

      (Astrid- Terpukau)

          Prok... prok.. prok...

          Aku mendengar suara tepuk tangan. Aku menoleh. Dan...., aku melihat seseorang di ambang pintu kamarku. Mataku sudah tak asing dengannya. Dia adalah Aldi. Ini semua gara-gara Mama. Mama pernah membaca buku diary-ku. Dan Mama tau isi hatiku. Dan Aldi ini, dia adalah anak temannya. Mama pernah bilang “Aldi yang akan menggantikan sosok Bagas, Sayang...” Huh! Mana mungkin.

          Aldi memang ganteng, dan aku tau dia mempunyai hobi yang sama denganku. MUSIK !!! Dia juga sering main gitar di kamarku, yaa meskipun aku hanya “cuek bebek” dengan keberadaannya. Tapi kenapa yaa rasanya sulit sekali untuk menggantikan sosok Bagas di hatiku. Aku sudah mencobanya beribu-ribu kali. Tetap saja tidak bisa.

          “Keren...” ujarnya sembari melangkah mendekat ke arahku

          “Makasih..” jawabku tersenyum, setidaknya aku tidak selalu membuatnya kecewa

          Aku melihat kedua tangannya terangkat. Ia menyentuh pipi chubbyku, dengan sangat lembut.

          “Kamu habis nangis ya? Pipi kamu basah..”

          Sial!! Kenapa dia tau? Padahal aku kan sudah menyekanya saat melihat dia ada di ambang pintu.

          “Ng... nggak.. gue ganangis kok” dustaku. Ini yang tidak bisa aku atasi. Dia semudah itu bersifat manis padaku, bicara saja menggunakan “aku-kamu” sedangkan aku? Kenapa sesulit ini.

          “Hmmm.. okedeh! Tapi aku tau loh..” jawabnya berusaha untuk tidak memutus pembicaraan kali ini

          “Yaudah! Gue emang ga nangis. Udah deh lo pulang aja! Gue mau tidur.” ketusku sembari meletakkan gitarku. Kemudian merebahkan tubuhku di tempat tidur.

          Aku tau, pasti sekarang dia sedang tersenyum geli dengan sifatku ini. Yaa! Dia memang pernah bilang, katanya aku lebih cantik kalo pas lagi cuek.

          Entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang sangat lembut dan hangat membalut tubuhku. Ternyata Aldi menyelimuti badanku dengan selimut biru favoritku ini. Aku mendengarnya berbisik “Good night yaa.. nice dream!” lalu aku mendengar suara pintu kamarku terbuka dan ia menutupnya dengan pelan.

          Aku selalu berdo’a. Semoga suatu saat nanti, Bagas yang akan selalu ada untukku. Menemani aku nyanyi, menyelimuti tubuhku, dan mengucapkan ‘nice dream’ saat aku hendak tidur.

* * *

          “Hoaaaammm....”

          Aku membuka selimut yang telah membalutku untuk tidur semalam. Ku rasakan silau cahaya matahari menyelinap masuk melalu gorden kamarku. Akupun sedikit menyipitkan mataku karena silau itu.
          Yaa! Pagi ini memang tak seperti pagi kemarin, aku tidak perlu sholat Subuh karena sedang halangan, biasa urusan wanita..., hehehe.

          Tok.. tok.. tok...

          Siapa itu? hmmm.. pasti kakak-ku yang bertubuh ramping tapi tidak seksi itu.

          “Masuukk!” jawabku

          “Ya Alloooohhh Cindaaaiii... lo belom mandi??!”

          Benar, kan? Tidak salah lagi, dia memang kak Ify.

          “Kalo belom kenapa? masalah buat lo??! Lagian ini kan hari Minggu.. jadi bebas dong gue mau mandi apa kagak.” Ketusku kemudian kembali menarik selimutku dan melanjutkan aktifitas tidurku.

          “Woy woy woooyyy... gue mau ajak lo joging!” sergah kak Ify

          “What??! Seriusan lo kak?” wajahku terlihat sangat berbinar saat mendengar ucapan kak Ify barusan

          “Iya serius bingiittss deh gue. Pokoknya lo cepetan mandi, ganti baju, dan pake parfum! Soalnya gue gamau malu ntar kalo ketemu temen gue gegara adek gue yang gak wangi! GOOO !!!”

          ‘Egilaaa! Cerewet amat lo kak. Ngatain gue bau lagi! Awas aja ya lo ntar! Gue gendutin loo!!’

* * *

          Saat ini aku sedang berdiri di hadapan cermin besar di kamarku. Aku mengenakan kaos oblong berwarna biru yang tidak terlalu ketat, celana jeans selutut, sepatu olahraga biru putih, dan topi dengan warna senada. Aku mengikat rambut panjangku kemudian aku masukkan kedalam bolongan yang ada di belakang topi (?) *apasihtuhnamanya?* -,- polesan sedikit di wajah, biar bagaimanapun juga aku tetap seorang gadis. Mana ada remaja cewek yang keluar dengan membiarkan wajahnya acak-acakan? Gamungkin kan...! yaaa! Aku siap jogiiiiing...!!!

          “Yuk, Kak!” ujarku pada Ify yang sedari tadi menungguku di teras rumah

          “Lama!”

          “Biarin!”

          “Errrrrr....”

          “Wleeee..”

          “Uda ah, ntar keburu siang!”

          “Yaudah ayook!”

* * *

          “Kak Ify... capeeekk...” rengekku saat sampai di sebuah taman. Aku duduk di kursi panjang. Menselonjorkan kakiku dan melemaskannya.

          “Yaudah deh kita istirahat dulu!” jawab kak Ify sembari duduk di sebelah-ku

          “Ifyyyyy......” terdengar suara teriakan memanggil nama Kak Ify. Aku dan Kak Ifypun menoleh.

          “Sivia??” ujar kak Ify dengan sedikit kaget namun wajahnya berbinar saat cewek itu berjalan mendekat ke arah kami

          “Siapa sih, Kak?” tanyaku, sebenarnya gak penting juga sih -_-

          “Temen lama, Ndai. Eh lo tunggu sini dulu ya!” jawab kak Ify. Dan tiba-tiba ia bangkit dari posisinya, aku hanya diam. Mungkin kak Ify merindukan teman lama-nya itu.

          Eh tunggu! Sepertinya aku merasa ada sesuatu yang tak asing dengan teman kak Ify tadi. Cowok yang di sebelahnya? Bagas! Yaaa aku tau sekali itu Bagas. Kenapa Bagas bersama teman kak Ify? Jangan-jangaann... hah! Masa! Nggak deh.

          Aku terus memperhatikannya. Kak Ify dan temannya yang dipanggil Sivia tadi sedang berbincang-bincang. Dan cowok yang aku sebut Bagas itu ternyata..., Haaahh??! Dia berjalan ke arahku?

          Aku masih menunggunya. Namun aku berpura-pura tidak tau. Masih dengan posisi tadi. Aku menselonjorkan kakiku di kursi panjang sambil terus memukulinya pelan, untuk melemaskan. Namun itu aku lakukan juga bertujuan untuk ‘Sok sibuk sendiri’ saja!

          “Hey! Kamu sama siapa kesini?” aku mendengar suara itu, itu suara Bagas! Benar-benar Bagas.

          Namun, yang dia hampiri bukan aku. Melainkan wanita yang ada di belakangku, dia Bella. Kenapa aku tidak menyadari itu? aaarghh... mana mungkin Bagas peduli denganku.

          “Hey sayang!” mendengar suara itu aku menoleh. Kenapa semuanya seperti ini? Dia? ALDI ?? kenapa dia memanggil Bella dengan sebutan sayang? Dan Bagas? Huuhh.. sungguh membingungkan.


TUNGGU DI BAG.2 !!!

Jangan jadi silent reader yaa!
Kalo udah baca langsung COMENT !! :)

Thanks ;)