Selasa, 31 Desember 2013

Cerpen Bagas Cindai Special Tahun Baru 2014

BELUM BERAKHIR
(Happy New Year)
~Cerpen~

Author:
·       Dwi Riska Aulia (@dwiriska_a)
Cast:
·       Bagas Rahman Dwi Saputra (@bagasrds) 
·       Gloria Chindai Lagio (@ChindaiGloria)
Backsound:
·       Tasya_ Libur telah tiba
·       Fatin ft. Mikha_ Kaulah Kamuku
·       Vierra_ Kepergianmu
·       Fatin_ Dia Dia Dia
·       Storia_ Buat Ku Tersenyum
Genre: Romantic


(Backsound: Tasya_ Libur telah tiba)

          “Yes! Akhirnya liburan juga” (libur telah tiba, libur telah tiba hatiku gembira)
        “Mau kemana nih liburannya..?” (simpanlah tas dan bukumu)
        “Enaknya kemana ya?” (hilangkan keluh kesalmu)
        “Jalan-jalan nyoookk..” (libur telah tiba)
        “Seru nih ngerayain tahun baru bareng-bareng...!” (libur telah tiba)
        “Apalagi kita ngumpulin kembang api banyak...!” (hatiku gembira)
        “Beuuhh..., pasti seru bingiitttss..”

        Itulah kata-kata yang keluar dari mulut siswa-siswi SMA Harapan Bangsa. Terlihat raut wajah-wajah mereka begitu berbinar saat mendengar berita liburan. Apalagi dengan kata “NEW YEAR”, saat mendengar kata itu langsung terlintas di otak masing-masing ribuan kembang api, jalan-jalan, dan yaa... untuk yang punya pacar, mungkin jalan-jalan berdua.., hehehe. Semua itu mereka lakukan untuk menghibur diri. Menghilangkan stres, lelah, dan penat selama 6 bulan bersekolah.

(Backsund: Fatin ft. Mikha_ Kaulah kamuku (Reff))

        “Sayang, kita ngerayain tahun baru berdua ya!” ucap seorang cowok yang sangat tampan. Namanya adalah Bagas, ia mempunyai kekasih bernama Cindai, wanita yang dipanggilnya ‘sayang’ tadi. Mereka sedang duduk berdua di bangku taman (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Berdua ?” Cindai tak percaya (dan membaca yang telah tersirat di antara kita)

        “Iya berdua.., emang kenapa? Kamu nggak mau tahun baruan berdua sama aku?” ujar Bagas dengan wajah memelas (ingin selalu aku dekatmu)

        “Bukan gitu, Sayang. Kamu tau sendiri kan Mama Papa aku gimana..? aku takut mereka nggak ngizinin aku pergi kalo Cuma berdua sama kamu!” jelas Cindai sambil memegang kedua tangan Bagas. Memang semenjak orang tua Cindai tau tentang kedekatan Bagas dengan anaknya, mereka terlihat sangat tidak senang. Sebenarnya membenci Bagas, mereka hanya tidak ingin Cindai seperti kakaknya. (engkaulah kamukuu.. uu.. hoowoo.. woo.. yee)

* * *

        “Ren, kamu harus tanggung jawab!” ucap Alya - kakak Cindai pada mantan pacarnya yang bernama Rendy. Rendy memutuskan hubungannya dengan Ayla saat mendengar kabar kehamilan Ayla.

        “Tanggung jawab apasih?” tanya Rendy seolah-olah ia tak tahu semuanya
       
        “Aku hamil...! Ini juga darah daging kamu Rendy..” ucap Ayla dengan suara yang bergetar

        “Sorry, Ay. Gue emang pernah pacaran sama lo, tapi kita udah PUTUS ! Dan sampai kapanpun, gue gak akan nikah sama lo, kita tetep jadi temen.., anak itu bukan darah daging gue!” ucap Rendy keras lalu meninggalkan Ayla

        “Rendyyy lo jahaatt... Lo bisa ngomong kek gitu setelah apa yang lo lakuin sama gue..??!! dasar cowok BRENGSEK !!” teriak Ayla dengan mengeluarkan air matanya

* * *

        “Hiks.. kak, kenapa kakak harus kaya gini? Jangan tinggalin Cindai kak, Cindai sayang kak Ayla.. Hiks.., hiks..” ucap Cindai terisak sambil memeluk kakaknya yang tengah terbaring di ruang ICU.

        Sudah dua hari Ayla mengalami koma, ia berdiri di tengah jalan dan memasrahkan hidupnya. Ia tak memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, ia tak memikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang menyayanginya, ia tak memikirkan seperti apa siksaan yang harus di terima di akhirat kelak. Yang ada di fikirannya saat ini hanyalah ‘bunuh diri’. Jika ia masih hidup, ia tak akan sanggup mendengar pembicaraan orang-orang tentang dirinya nanti. Ia tak sanggup jika anaknya disebut’anak haram’. Ia tak sanggup di cap sebagai ‘wanita murahan’. Dan ia tak sanggup jika harus mengurusi seorang anak tanpa suami yang selalu berada di sisinya.

TIIIIIITTTT....!!!

Jantung Ayla telah berhenti berdetak, nafasnya tak berhembus lagi. Tercapai sudah keinginan gadis cantik ini untuk meninggalkan dunia bersama janin di tubuhnya, meninggalkan orang-orang yang menyayanginya, hanya menyisahkan kenangan-kenangan indah yang pernah terlukis di antara mereka.

        “Kakaaaakkk... jangan tinggalin Cindai..!”
        “Aylaaa... kenapa secpat ini kamu meninggalkan kami, Naakk”
        “Jangan tinggalkan kami Ayla...! Kami semua sayang sama kamu!”

Hanya kata-kata itu yang terucap dari bibir keluarga Ayla. Namun tak dapat dipungkiri. Ayla telah membawa dirinya ke jalan yang salah. Ia kalah dengan hasutan syetan. Ia tak memikirkan keindahan – keindahan lain yang akan menghiasi hidupnya bersama janin yang sedang dikandungnya.

        Itulah alasan Papa Mama Cindai sangat membenci Cindai berpacaran. Mereka takut Cindai akan seperti kakaknya. Mereka tidak ingin kejadian hari itu terulang kembali. Anaknya tiada karena seorang laki-laki yang tak bisa menjaganya dengan baik. Laki-laki yang tak punya harga diri dan tak bisa bertanggung jawab. Hanya bisa mengucapkan kata ‘CINTA’ dari bibir, buka dari hati.

* * *

        “Sayang, kamu masih ingat kan hari jadian kita? Tanggal 28 Januari 2013. Hampir setahun kita pacaran. Dan aku ingin melewati momen tahun baru bersama kamu. Wanita yang sangat aku cinta setelah Mama” Bagas menggenggam kedua tangan Cindai. Berusaha meyakinkan Cindai, bahwa tak akan terjadi apa-apa saat Cindai bersamanya.

        “Aku tau itu. Tapi biar bagaimana pun juga ak......”

        “Ssstt.. Aku janji, aku pasti bisa merayu Mama Papa kamu buat ngebolehin kita jalan berdua” Bagas meletakkan jari telunjuknya di bibir Cindai. Dan kini Cindai tersenyum, ia terlihat begitu kagum dengan kenekatan (?) kekasihnya itu.

        “Janji?” Cindai menjulurkan jari kelingkingnya ke arah Bagas

        “Janji!” jawab Bagas tersenyum seraya menautkan jari kelingkingnya

(Backsund: Fatin ft. Mikha_ Kaulah kamuku)

        “Yaudah yuk pulang! Hari ini aku mau mampir ke rumah kamu untuk ketemu sama Mama Papa kamu” ucap Bagas

        “Kamu yakin?” Cindai terlihat ragu

        “Yakin banget sayang.. udah yuk!” jawab Bagas lalu menggangdeng tangan Cindai

(detik indah di pulang sekolah, di siang lewat pukul dua belas, basah tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa bahagia)

        Terlihat Bagas dan Cindai begitu menikmati kebersamaannya di siang ini. Bagas mengendarai motor ninja-nya dengan kecepatan tinggi, hingga Cindai terpental dan memeluk pinggangnya erat. Mungkin ini MODUS :D
(ku bertanya pada hati, telahkah ku jatuh hati, semua terasa serba salah, bila jauh tanpamu)

        “Iihh Bagaasss.. aku takut jatoh!” teriak Cindai sambil terus memeluk pinggang Bagas dengan erat (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Biarin !! biar aku bisa dipeluk terus sama kamu” jawab Bagas (dan membaca yang telah tersirat di antara kita)

        “Ih dasar MODUUUSSS” (ingin selalu aku dekatmu, engkaulah kamukuuu...)

Sesampainya di rumah Cindai (musik jeda). Bagas ikut memasuki rumah yang berdiri megah itu. telah terlihat kedua orang tua Cindai menatap Bagas dengan tatapan sulit diartikan.

        “Siang Om, Tante” sapa Bagas ramah

        “Mau apa kamu kesini ?”

        “Saya Cuma mau minta izin pada Om dan Tante, kalo besok Cindai akan ngerayain tahun baru sama Saya” ucap Bagas santun. Ia terlihat sangat santai, tak ada raut ketakutan di wajahnya

        “Boleh ya, Ma, Pa, Please! Cindai mooohooonnn” ucap Cindai memohon sambil mempertemukan kedua telapak tangannya

        “Hmm.., boleh-boleh aja!” jawab Papa Cindai dengan santai (ingin selalu aku denganmu, emngkaulah kamuku)

        “Serius Pa/Om?” tanya Bagas dan Cindai tak percaya (siapapun yang melihat kita, mungkin kan mengerti)

        “Iyaa.. tapi Bagas, kamu harus janji akan selalu jagain anak Om dan Tante. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Cindai, Om nggak akan segan-segan memberi perhitungan sama kamu. Dan kalian tidak boleh pacaran lagi!” jelas Papa Cindai (dan membaca yang telah tersirat di anatra kita)

        “Bagas janji Om, sampai mati juga Bagas selalu jagain Princess Om ini..!” (ingin selalu aku dekatmu, engkaulah kamuku)

        Sepertinya Papa Mama Cindai sudah mulai percaya pada Bagas. Mungkin mereka menyadari bahwa tidak semua lelaki seperti ‘RENDY’. Lelaki yang tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang diucapkan dan dilakukannya. Papa Mama Cindai cukup lama mengenal Bagas. Dan mereka tau sosok Bagas seperti apa. Jadi akhir-akhir ini mereka tak jarang lagi untuk mengizinkan Bagas dan Cindai jalan berdua.

Selasa, 31 Desember 2013 (22.15 WIB)

        Cindai sudah bersiap-siap di kamarnya. Ia terlihat cantik sekali malam ini. Dengan make up yang sangat natural, pipi yang dipolesi blush-on tipis, matanya semakin terlihat indah dengan eye liner dan sedikit eye shadow, bibir yang pink alami, dan rambut hitam lurus yang terurai. Cindai menggunakan gaun tanpa lengan, selutut, berwarna biru muda, high heels 7cm dengan warna senada, dan pita kecil di rambutnya semakin membuat Cindai terlihat sempurna malam ini. Bak seorang princess.
        Cindai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Karena ia tau walaupun tengah malam akan tetap macet karena banyak orang yang juga merayakan malam tahun baru. Terdengar Hand Phone Cindai berbunyi. Cindai memasangkan earphone kemudian mengangkat telfon yang tak lain dari Bagas – kekasihnya.

        “Halo sayang.. aku masih di jalan nih, bentar lagi nyampek kok.. iya ini aku pelan-pelan.. aku udah di jalan ceria 3.. kamu nggak percaya banget sih sayang, aku nggak papa sendirian.. haha kamu bisa aja sih.., AAAAAAAA..” telfon Cindai terputus saat melihat cahaya menyilaukan di depannya, rupanya itu lampu truk yang sedang melaju kencang. Cindai terlambat me-rem mobilnya. Iapun membelokkan mobilnya, daann... BRAAKK!! Mobil Cindai menabrak sebuah pohon besar. Darah dari kepalanya tak berhenti mengalir.

        “Cindaaaiii kamu kenapa sayang...?” teriak Bagas dari seberang sana
        “Tadi Cindai bilang ada diiii.., jalan ceria 3 !! Gue harus kesana!” lanjutnya

        Cindai sudah terbaring di rumah sakit. Dan kini dokter masih menanganinya. Bagas tak henti-hentinya memanjatkan do’a untuk kekasihnya ini. Bagas sudah menghubungi Orang tua Cindai. Mungkin sekarang mereka sedang menuju rumah sakit.

(Backsound: Vierra_ Kepergianmu)

        Saat orang tua Cindai tiba di rumah sakit, mereka melihat dokter keluar dari ruang UGD. Dan mereka juga melihat sosok lelaki tampan sedang tertidur di sana, yang tak lain adalah Bagas.

        “Keluarga pasien yang kecelakaan ?” tanya Dokter

        “Kami orang tuanya, Dok. Bagaimana keadaan anak kami ?” ucap Papa Cindai

        “Sebelumnya kami minta maaf, kami sudah melakukan yang terbaik untuk putri bapak dan ibu, tapi takdir berkata lain. Putri Bapak dan Ibu meninggal dunia..!” ucap Dokter dengan sangat berhati-hati (ku iringi langkahmu sampai ke akhir jalan)

        “Meninggal ? Dokter serius ? Ayolah, Dok.., saya bisa bayar berapapun supaya anak saya sembuh,” ucap Mama Cindai histeris (sungguh berat terasa, mengahadapi semua)

        “Kami mohon maaf, Bu. Mungkin anak ibu sudah tenang di alam sana. Permisi.” Ucap Dokter lalu meninggalkan Mama Papa Cindai (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)

        Papa Cindai menoleh ke arah Bagas yang sedang tertidur. Ia menatap Bagas. Ia berfikir bahwa Bagas telah menghianatinya. Ia sudah mempercayai Bagas untuk pergi bersama putri tunggalnya itu. Tapi nyatanya?? Bagas malah membunuhnya. Dan sekarang! Hidup kedua orang tua Cindai telah hampa. Tak ada yang menghiasi kehidupannya lagi. Kedua putrinya telah meninggalkannya. Dan hanya menyisahkan air mata.

(ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu.. sungguh ku tak rela)

        BUG !! BUG !! BUG !!

        Tiba-tiba Papa Cindai memukul Bagas. Bagaspun terbangun dari tidurnya. Ia tak menyangka Papa Cindai melakukan ini padanya. Papa Cindai masih terus memukulinya. Namun Bagas hanya diam, tak berbicara satu katapun, dan tak membalas sebuh pukulan. Dalam hatinya, ia menunggu apa maksud dari semua ini.

        “BRENGSEK !! Saya sudah mempercayai kamu untuk menjaga Cindai. Tapi kenapa kamu bunuh anak saya? Hah??!” Papa Cindai masih terus memukuli Bagas dengan penuh amarah (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis)

        “Membunuh? Maksud Om apa? Jujur Bagas nggak ngerti, Om. Tolong jelasin semuanya pada Bagas..! apa maksud semua ini ??” Bagas kaget mendengar ucapan Papa Cindai, apalagi dengan kalimat ‘Kenapa kmu bunuh anak saya?’ (maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        “Kamu yang seharusnya menjelaskan pada kami. Gara-gara kamu Cindai meninggal dunia. Kamu tau? Cindai adalah Anugrah satu-satunya dari Tuhan untuk keluarga kami. Dan kamu? Kamu malah membunuhnya. Saya pikir kamu lelaki baik-baik, saya pikir kamu bisa menjaga anak saya, saya pikir kamu tulus mencintai anak saya, saya pikir kamu bisa membahagiakan anak saya, tapi ternyata?? Kamu Cuma bisa membuatnya menderita dan membuatnya jauh dari kami.... maksud kamu apa melakukan semua ini??” Amarah Papa Cindai sangatlah memuncak, ia tak terima anak tunggalnya meninggalkannya, juga Mamanya (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)

        Bagas benar-benar syok saat mendengar penjelasan Papa Cindai. Ia hendak memasuki kamar Cindai, namun dicegah oleh Papa Cindai. “Om, saya ingin melihat Cindai untuk yang terakhir kalinya,” ucap Bagas lirih, terlihat ia sedang menahan air matanya (ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu... sungguh ku tak relaa..)

        “Kamu ingat kan janji kamu pada saya? Kalau kamu tidak bisa menjaga anak saya, kamu jangan lagi berhubungan dengan dia. Dan sekarang! Saya tidak akan ngizinin kamu masuk untuk melihat Cindai. Kamu seharusnya bersyukur sekarang masih bisa ada di sini, dan bukan di penjara. Sebaiknya kamu pulang !! Saya tidak ingin melihat wajah kamu lagi !” jelas papa Cindai panjang lebar, ia berusaha menenangkan bicaranya (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        “Tapi Om...., saya mohoonn..” Bagas berlutut di hadapan Papa Cindai. Tangisnya mulai pecah (takkan pernah ku lupakan dirimu)

        “PULANG !!!” teriak Papa Cindai mendorong Bagas kasar (takkan sanggup ku lupakan semua) (musik jeda)

        Dengan perasaan tak karuan, sedih, menyesal, benci karena ia telah membunuh Cindai, kaget, kecewa, itu semua yang Bagas rasakan saat ini. Ia tak bisa menatap wajah Cindai di sisa hidupnya. Andaikan waktu bisa berputar kembali, ia ingin membatalkan semua janji-janjinya, tidak ada yang namanya malam tahun baru, tidak akan ada yang namanya kembang api, tidak ada yang namanya surprise. Seandainya Bagas tidak mengajak Cindai pergi dan tidak menelfon Cindai saat Cindai mengemudikan mobilnya, mungkin semua ini tak akan terjadi. Bagas benar-benar terpuruk. Kekecewaannya terhadap dirinya sendiri benar-benar tak dapat dipungkiri. Bagas terus mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sangat indah. Tempat yang bernuansa romantis, tempat yang sudah dihiasnya sedemikian rupa, tempat yang nantinya akan menjadi tempat bersejarah baginya dan Cindai. Namun semua itu tak terjadi.

        “Aaaaaaaaaaaaarghh...!! kenapa ini semua harus terjadi..” (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)
        “Kenapa harus sekarang.. kenapa secepat ini....??” (ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu)
        “Aku tau aku salah. Tapi aku masih ingin melihat wajah Cindai. Wanita terhebat setelah mama, calon pendampingku, aku sangat mencintainyaa...” (sungguh ku tak relaaa..aa...)
        “Cindai sudah pergi !! Dia melanggar janjinya. Janji untuk mendampingiku sampai kakek nenek...” (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)
        “Aku egois !!! seandainya aku nggak nelfon kamu, pasti sekarang kamu udah nyampe sini...” (takkan pernah ku lupakan dirimu)
        “Aaaarghh Cindaaaiii maafin akuuu...” (takkan sanggup ku lupakan semua)

        SUNYI !! (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        Penyesalan memang tak pernah datang tepat waktu. Penyesalan selalu datang terlambat. Selalu datang saat semua yang tak diinginkannya terjadi. Hanyalah penyeselan yang masih tersisa. Penyesalan !! sebuah perasaan yang begitu membunuh. Membuat setiap orang yang merasakannya begitu terpuruk.
        Tak ada harapan lagi untuk Bagas menatap wajah cantik Cindai. Tak ada harapan lagi untuk Bagas memandangi manisnya bibir Cindai saat tersenyum. Tak ada harapan lagi untuk bisa bercanda tawa dengan Cindai. Tak ada lagi harapan Bagas untuk bisa membahagiakan Cindai. Tak ada harapan lagi untuk Bagas bisa menikahi Cindai, dan menjadi ayah dari anak-anak Cindai. Bahkan untuk saat ini, tak ada harapan untuk Bagas bisa menyaksikan pemakaman kekasihnya itu.

(23.40 WIB)

(Backsound: Fatin_ Dia Dia Dia)

        “Bentar lagi pukul dua belas malam, Sayang. Aku masih nunggu kamu untuk ngerayain tahun baru ini. Berdua Sayang, aku masih bisa kan melihat pesta kembang api dari atas bukit ini berdua sama kamu.”

        “Masih bisa kok,” suara itu ?? suara kembut itu ?? itu suara Cindai. Entah ini sebuah halusinasi atau apa. Tapi itu suara Cindai. Tak dapat di pungkiri. (selalu ku pikir bahwa aku tegar)

        “Cindai?” Bagas menoleh (aku tak pernah menyangka kan begini)

        “Iyaa. Aku Cindai. Pacar kamu” jawab Cindai tersenyum (dan saat engkau tak di sisiku lagi)

        “Ini bohong” (baru ku rasakan arti kehilangan)

        “Enggak sayang. Aku masih hidup. Aku masih ada buat kamu. Ini aku Cindai. Semuanya tadi salah! Itu bukan aku” Cindai benar meyakinkan. Ia mendekati Bagas, begitu juga sebaliknya. Tangan mereka bertemu. Benar-benar nyata. Kedua pasang mata mereka saling bertatapan. Mencari sebuah kenyataan yang lebih dalam lagi. Dan ya!! Ini nyata. (ingin ku bicara hasrat mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk lalui hitam putih hidup ini, saat engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada lagi yang tersisa, dia dia dia telah mencuri hatiku)

        “Jadi?? Aaarrghh.. apa aku sudah gila?” Bagas tak percaya. Ia melihat Cindai tersenyum ke arahnya. Mengeratkan genggaman tangannya. Mungkin Cindai ingin membuktikan bahwa ini nyata. Tangan mereka masih bisa bertemu. (dan saat hari di mana kau tinggalkanku, ku kira semuanya kan baik-baik saja, dan kini baru ku sadari semua, dia dia dia telah mencuri hatiku)

        PLEK !! Bagas langsung menarik tangan Cindai. Membawa Cindai kedalam dekapannya. Merasakan sebuah hal yang lebih nyata lagi. Dan ini memang Cindai. Kekasihnya. Ini masih BELUM BERAKHIR. Harapan-harapan itu kembali muncul. Air matanya mulai surut. Dan senyuman kini mengembang di antara keduanya. (ingin ku bicara hasrat mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk lalui hitam putih hidup ini, saat engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada lagi yang tersisa, dia dia dia telah mencuri hatiku) (musik jeda)

        “Om minta maaf, Gas.” Itu adalah suara Papa Cindai. Suara itu terdengar lembut. Bagaspun melepaskan pelukannya. Ia menatap Papa Cindai berdiri di hadapannya

        “Untuk apa, Om?” Bagas tersenyum

        “Maaf karena Om sudah menuduh kamu. Ternyata tadi bukan Cindai. Hanya saja kamar mereka berdekatan. Dan Om fikir itu Cindai. Ternyata Cindai hanya mengalami luka ringan di kepalanya. Dan sekarang! Om mengizinkan kalian untuk merayakan pesta kembang api di sini. Om tau kamu baik, Gas” jelas Papa Cindai. Ia langsung memeluk Bagas

        “Bagas gak pernah nganggep Om salah kok. Dan tadi Bagas berfikir semua yang Om bilang itu benar,” jawab Bagas membalas pelukan Papa Cindai

        “Yaudah! Lima menit lagi pukul dua belas. Om pulang dulu ya! Cindai, Papa pulang dulu ya!” pamit Papa Cindai

        “Iya, Pa” jawab Cindai tersenyum

        “Om nggak ikut tahuan baruan di sini ??” goda Bagas

        “Hmm.., takut ganggu!” balas Papa Cindai lalu pergi

        “Hahaha” tawa Bagas dan Cindai

(Backsound: Fatin Ft. Mikha_ Kaulah Kamuku)

     Kini Bagas dan Cindai sedang duduk di atas bukit itu. Mereka berdua sama-sama memeluk kedua lututnya yang di tekuk dan menatap indahnya langit malam ini. Penuh dengan taburan bintang. Dan cahaya bulan yang semakin menyempurnakan. Suasana tahun baru mulai terasa. Sungguh ini romantis.

        “Lucu ya??!” ucap Bagas menoleh Cindai (detik indah di pulang sekolah)

        “Hm?” Cindai memicingkan alisnya tanda ia tak mengerti (di siang lewat pukul dua belas)

        “Ya ini! Aku udah nangis sejadi-jadinya sampe wajah aku merah kek gini dan aku udah malu karena diusir Papa kamu waktu di rumah sakit, dan ternyata?? Ternyata Cuma salah orang, ternyata kamu nggak papa, kamu baik-baik aja!!” jelas Bagas kesal (basah tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa bahagia)

        “Hahaha.. kamu yang lucu! Lagian suruh siapa tadi kamu ketiduran, kan jadinya lupa kalo kamar aku bukan di sebelah situ..,” tawa Cindai (ku bertanya pada hati, telah kah ku jatuh hati, semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)

        “Iish kamu kok ngeledek sih..,” Bagas menggelitiki pinggang Cindai (entah apakah gerangan, akupun merasakannya)

        “Aww.. Hehe.. Aww.. Ih Bagas geli tau! Lepasin!! Iihh... jahat” (gelisah di setiap malam, bayangmu dalam lamunan)

        “Aku nggak mau lepasin. Suruh siapa kamu ngeledekin aku mulu. Kalo kamu mau gak digelitikin lagi, kamu harus nurutin permintaan aku” ucap Bagas masih terus menggelitiki pinggang Cindai (ku bertanya pada hati, telah kah ku jatuh hati, semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)

        “Aduh.. sayang, lepasin dong! Yaudah deh iya aku mau. Kamu minta apa?” Cindai benar-benar pasrah, ia tidak ingin mati kegelian.. hehe (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Nah gitu dong.. sekarang aku mau ini!” Bagas menyentuh bibir Cindai (dan membaca yang telah tersirat

        “Apaan?” (di antara kita)

        “Nggak ngerti?? Masa? Apa mau digelitikin lagi nih..?” (ingin selalu aku dekatmu)

        “Apaan sih?”

        “Kok gitu sih.. aku mau ini!” Bagas kembali menyentuh bibir Cindai dengan jari telunjuknya (engkaulah kamuku)

        “Ish kamu modus banget sih. Nggak Ah! Gaboleh tau.” (ku bertanya pada hati)

        “Yaudah digelitikin lagi”

        “Eh eh jangan! Yaudah deh. Eh tapi di pipi aja ya! Please..” (telahkah ku jatuh hati)

        “Kenapa emangnya kalo di bibir?” (semua terasa serba salah)

        “Aku malu.. udah deh di pipi aja!” (bila jauh tanpamu)

        “Yah kamu.. yaudahlah gapapa”

        CUP !! Cindai mencium pipi kanan Bagas (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Udah kan?” tanya Cindai berbinar

        “He’em..” Bagas hanya mengangguk tanpa ekspresi (?) (dan membaca yang telah tersirat di antara kita

        “Kok gitu?” (ingin selalu aku dekatmu)

        “.......”

        “Kenapa sih?” (engkaulah kamukuuu...)

        “.......” (Oo.. yeeeyee..)

        “Marah?”

        “.......”

        “Gak asik ih” (engkaulah kamukuuu..)

(00.00 WIB)

        CIIIITTT... JEDDARR !!
        CIIITTTT... JEDDARR !!
        CIIIITTT... JEDDARRR !!

        Sudah terdengar suara kembang api menggema. Kelap-kelip cahayanya begitu indah, warna yang sangat beragam, dan membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan kesan tersendiri. Bagas dan Cindai bisa menikmatinya dari atas bukit ini. Sunggu indah kembang api-kembang api itu. Kembang api yang paling indah di antara kembang api lainnya adalah kembang api yang bertuliskan “HAPPY NEW YEAR 2014” benar-benar mengesankan.

        “Sayang! Liat deh itu kembang apinya udah nyala.. bagus ya!” Cindai terkagum-kagum melihat pemandangan kembang api di malam itu

        “.......” namun Bagas masih diam, ia bersikap seolah-olah mengatakan “biasa aja”

        “Kamu masih marah? Kan gak seru, Gas. Masa tahun baruan kayak gini sih?” rengek Cindai

        Bukannya malah menjawab, Bagas malah bangkit. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Cindai.

        “Apa maksudnya? Kok Bagas semarah itu sih.. nggak kayak biasanya!” Cindai menggerutu kesal. Posisinya masih bertahan di sana. Dalam hatinya, biarin deh Bagas pergi, yang penting aku bisa nikmati tahun baru di sini.

        CIIIITT... JEDDARR !! JEDDAAARR !!

        “Ebuset!!” Cindai kaget saat mendengar suara kembang api di dekatnya. Cindaipun menoleh, daann... “WOW...!” Cindai semakin terkagum-kagum saat melihat itu. Baginya ini adalah kembang api terindah di seluruh dunia. Kembang api yang bertuliskan “I LOVE YOU CINDAI” dan di bawahnya “BAGAS CINDAI FOREVER” dan di bawahnya lagi “HAPPY NEW YEAR MY LOVE”. It’s so beautiful. Hari yang sangat bersejarah bagi BaDai, terlebih Cindai. Ia merasa sangat berarti bagi Bagas, sampai-sampai ia memberikan semua ini untuknya.

(Backsound: Storia_ Buat Ku Tersenyum)

        “Ehem! Suka nggak?” Bagas mengagetkan Cindai dengan memeluknya dari belakang. Cindaipun menoleh

        “Kamu jahat ih! Bisa banget ya kalo disuruh bikin kejutan kek gini!” kesal Cindai menahan tawa (waktu itu kau datang padaku kau bilang padaku kau mau denganku)

        “Yaiyalah.. Bagas gitulooohh haha” (aku mau menerimamu jadi kekasihku, jika kau janji kan selaluu..)

        “Iiihh.. aku pikir tuh tadi kamu mau pulang, kirain marah beneran.. eh ternyata.. iihh aku kesel tauu!!” Cindai membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Bagas kemudian memukul Bagas pelan (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakan ku selalu seumur hidupku)

        “Tapi kamu seneng kan... Udah ngaku aja!” goda Bagas mencubit kedua pipi Cindai (buatku buatku buatku tersenyum untukmu)

        “Aw.. Ih tuh kan ngesellin lagi. Emang ya, dari dulu ngesellinnya gak ilang-ilang”

        “Terus kenapa mau jadi pacar aku kalo emang ngesellin ???” Bagas pura-pura marah ‘lagi’

        “Yaaa karenaa.. karenaa.. ya karena aku cinta lah sama kamu!” jawab Cindai seadanya. Ia benar-benar salting diperlakukan seperti ini oleh Bagas (aku mau ada di hatimu hadir di mimpimu warnai harimu)

        “Hahaha... polos banget sih pacar aku!” jawab Bagas lalu memeluk pinggang Cindai hingga Cindai tertarik dan merapat ke tubuhnya (aku mau menerimamu jadi kekasihku jika kau janji akan selalu...)

        “Ya terusss?? Mau yang galak?” Cindai melototkan matanya

        “Hehehe.. nggaklah sayang” (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakanku selalu seumur hidupku.. buatku buatku buatku tersenyum untukmu)

        SUNYI !!! Bagas masih memeluk pinggang Cindai. Mereka saling bertatapan di temani suara-suara kembang api. Cindai merasa saat ini adalah wanita paling bahagia sedunia. Ia bisa mempunyai seorang kekasih seperti Bagas. Sosok lelaki yang luar biasa. Tampan, baik, perhatian, pintar, romantis, dan tulus mencintai Cindai apa adanya, dalam suka maupun duka.
        Sedangkan Bagas. Ia sangat bersyukur saat ini. Bersyukur karena kisahnya belum berakhir. Kekasihnya baik-baik saja. Andaikan Cindai benar-benar meninggalkan dunia ini, ia pasti tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Sungguh luar biasa.

        “Happy new year my love...” bisik Bagas

        “Happy new year too..” jawab Cindai

        Bagas memegang dagu Cindai dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memeluk pinggang Cindai. Kini jarak antara wajah Bagas dan wajah Cindai semakin dekat. Cindai menutup matanya, perasaannya saat ini benar-benar tak karuan, jantungnya juga berdetak semakin kencang, dan tubuhnya terasa kaku. Bagas memiringkan wajahnya. Daann.. CUP !! Bagas mencium bibir Cindai di malam tahun baru ini. Di antara indahnya pesta kembang api seluruh dunia. Dan di bawah kembang api terindah yang bertuliskan ..,

        “I LOVE YOU CINDAI”
        “BAGAS CINDAI FOREVER”
        “HAPPY NEW YEAR MY LOVE”


_TAMAT_