BELUM BERAKHIR
(Happy New Year)
~Cerpen~
Author:
· Dwi Riska
Aulia (@dwiriska_a)
Cast:
· Bagas Rahman
Dwi Saputra (@bagasrds)
· Gloria
Chindai Lagio (@ChindaiGloria)
Backsound:
· Tasya_ Libur
telah tiba
· Fatin ft.
Mikha_ Kaulah Kamuku
· Vierra_
Kepergianmu
· Fatin_ Dia
Dia Dia
· Storia_ Buat
Ku Tersenyum
Genre: Romantic
(Backsound:
Tasya_ Libur telah tiba)
“Yes! Akhirnya
liburan juga” (libur telah tiba, libur telah tiba hatiku gembira)
“Mau
kemana nih liburannya..?” (simpanlah tas dan bukumu)
“Enaknya
kemana ya?” (hilangkan keluh kesalmu)
“Jalan-jalan
nyoookk..” (libur telah tiba)
“Seru
nih ngerayain tahun baru bareng-bareng...!” (libur telah tiba)
“Apalagi
kita ngumpulin kembang api banyak...!” (hatiku gembira)
“Beuuhh...,
pasti seru bingiitttss..”
Itulah
kata-kata yang keluar dari mulut siswa-siswi SMA Harapan Bangsa. Terlihat raut
wajah-wajah mereka begitu berbinar saat mendengar berita liburan. Apalagi
dengan kata “NEW YEAR”, saat mendengar kata itu langsung terlintas di otak
masing-masing ribuan kembang api, jalan-jalan, dan yaa... untuk yang punya
pacar, mungkin jalan-jalan berdua.., hehehe. Semua itu mereka lakukan untuk
menghibur diri. Menghilangkan stres, lelah, dan penat selama 6 bulan
bersekolah.
(Backsund: Fatin
ft. Mikha_ Kaulah kamuku (Reff))
“Sayang,
kita ngerayain tahun baru berdua ya!” ucap seorang cowok yang sangat tampan.
Namanya adalah Bagas, ia mempunyai kekasih bernama Cindai, wanita yang
dipanggilnya ‘sayang’ tadi. Mereka sedang duduk berdua di bangku taman
(siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)
“Berdua
?” Cindai tak percaya (dan membaca yang telah tersirat di antara kita)
“Iya
berdua.., emang kenapa? Kamu nggak mau tahun baruan berdua sama aku?” ujar
Bagas dengan wajah memelas (ingin selalu aku dekatmu)
“Bukan
gitu, Sayang. Kamu tau sendiri kan Mama Papa aku gimana..? aku takut mereka
nggak ngizinin aku pergi kalo Cuma berdua sama kamu!” jelas Cindai sambil
memegang kedua tangan Bagas. Memang semenjak orang tua Cindai tau tentang
kedekatan Bagas dengan anaknya, mereka terlihat sangat tidak senang. Sebenarnya
membenci Bagas, mereka hanya tidak ingin Cindai seperti kakaknya. (engkaulah
kamukuu.. uu.. hoowoo.. woo.. yee)
* * *
“Ren,
kamu harus tanggung jawab!” ucap Alya - kakak Cindai pada mantan pacarnya yang
bernama Rendy. Rendy memutuskan hubungannya dengan Ayla saat mendengar kabar
kehamilan Ayla.
“Tanggung
jawab apasih?” tanya Rendy seolah-olah ia tak tahu semuanya
“Aku
hamil...! Ini juga darah daging kamu Rendy..” ucap Ayla dengan suara yang
bergetar
“Sorry,
Ay. Gue emang pernah pacaran sama lo, tapi kita udah PUTUS ! Dan sampai
kapanpun, gue gak akan nikah sama lo, kita tetep jadi temen.., anak itu bukan
darah daging gue!” ucap Rendy keras lalu meninggalkan Ayla
“Rendyyy
lo jahaatt... Lo bisa ngomong kek gitu setelah apa yang lo lakuin sama
gue..??!! dasar cowok BRENGSEK !!” teriak Ayla dengan mengeluarkan air matanya
* * *
“Hiks..
kak, kenapa kakak harus kaya gini? Jangan tinggalin Cindai kak, Cindai sayang
kak Ayla.. Hiks.., hiks..” ucap Cindai terisak sambil memeluk kakaknya yang
tengah terbaring di ruang ICU.
Sudah
dua hari Ayla mengalami koma, ia berdiri di tengah jalan dan memasrahkan
hidupnya. Ia tak memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, ia tak memikirkan
bagaimana perasaan orang-orang yang menyayanginya, ia tak memikirkan seperti
apa siksaan yang harus di terima di akhirat kelak. Yang ada di fikirannya saat
ini hanyalah ‘bunuh diri’. Jika ia masih hidup, ia tak akan sanggup mendengar
pembicaraan orang-orang tentang dirinya nanti. Ia tak sanggup jika anaknya
disebut’anak haram’. Ia tak sanggup di cap sebagai ‘wanita murahan’. Dan ia tak
sanggup jika harus mengurusi seorang anak tanpa suami yang selalu berada di
sisinya.
TIIIIIITTTT....!!!
Jantung Ayla telah berhenti berdetak,
nafasnya tak berhembus lagi. Tercapai sudah keinginan gadis cantik ini untuk
meninggalkan dunia bersama janin di tubuhnya, meninggalkan orang-orang yang
menyayanginya, hanya menyisahkan kenangan-kenangan indah yang pernah terlukis
di antara mereka.
“Kakaaaakkk...
jangan tinggalin Cindai..!”
“Aylaaa...
kenapa secpat ini kamu meninggalkan kami, Naakk”
“Jangan
tinggalkan kami Ayla...! Kami semua sayang sama kamu!”
Hanya kata-kata itu yang terucap dari bibir
keluarga Ayla. Namun tak dapat dipungkiri. Ayla telah membawa dirinya ke jalan
yang salah. Ia kalah dengan hasutan syetan. Ia tak memikirkan keindahan –
keindahan lain yang akan menghiasi hidupnya bersama janin yang sedang
dikandungnya.
Itulah
alasan Papa Mama Cindai sangat membenci Cindai berpacaran. Mereka takut Cindai
akan seperti kakaknya. Mereka tidak ingin kejadian hari itu terulang kembali.
Anaknya tiada karena seorang laki-laki yang tak bisa menjaganya dengan baik.
Laki-laki yang tak punya harga diri dan tak bisa bertanggung jawab. Hanya bisa
mengucapkan kata ‘CINTA’ dari bibir, buka dari hati.
* * *
“Sayang,
kamu masih ingat kan hari jadian kita? Tanggal 28 Januari 2013. Hampir setahun
kita pacaran. Dan aku ingin melewati momen tahun baru bersama kamu. Wanita yang
sangat aku cinta setelah Mama” Bagas menggenggam kedua tangan Cindai. Berusaha
meyakinkan Cindai, bahwa tak akan terjadi apa-apa saat Cindai bersamanya.
“Aku
tau itu. Tapi biar bagaimana pun juga ak......”
“Ssstt..
Aku janji, aku pasti bisa merayu Mama Papa kamu buat ngebolehin kita jalan
berdua” Bagas meletakkan jari telunjuknya di bibir Cindai. Dan kini Cindai
tersenyum, ia terlihat begitu kagum dengan kenekatan (?) kekasihnya itu.
“Janji?”
Cindai menjulurkan jari kelingkingnya ke arah Bagas
“Janji!”
jawab Bagas tersenyum seraya menautkan jari kelingkingnya
(Backsund: Fatin
ft. Mikha_ Kaulah kamuku)
“Yaudah
yuk pulang! Hari ini aku mau mampir ke rumah kamu untuk ketemu sama Mama Papa
kamu” ucap Bagas
“Kamu
yakin?” Cindai terlihat ragu
“Yakin
banget sayang.. udah yuk!” jawab Bagas lalu menggangdeng tangan Cindai
(detik indah di pulang sekolah, di siang
lewat pukul dua belas, basah tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa
bahagia)
Terlihat
Bagas dan Cindai begitu menikmati kebersamaannya di siang ini. Bagas
mengendarai motor ninja-nya dengan kecepatan tinggi, hingga Cindai terpental
dan memeluk pinggangnya erat. Mungkin ini MODUS :D
(ku bertanya pada hati, telahkah ku jatuh
hati, semua terasa serba salah, bila jauh tanpamu)
“Iihh
Bagaasss.. aku takut jatoh!” teriak Cindai sambil terus memeluk pinggang Bagas
dengan erat (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)
“Biarin
!! biar aku bisa dipeluk terus sama kamu” jawab Bagas (dan membaca yang telah
tersirat di antara kita)
“Ih
dasar MODUUUSSS” (ingin selalu aku dekatmu, engkaulah kamukuuu...)
Sesampainya di rumah Cindai (musik jeda).
Bagas ikut memasuki rumah yang berdiri megah itu. telah terlihat kedua orang
tua Cindai menatap Bagas dengan tatapan sulit diartikan.
“Siang
Om, Tante” sapa Bagas ramah
“Mau
apa kamu kesini ?”
“Saya
Cuma mau minta izin pada Om dan Tante, kalo besok Cindai akan ngerayain tahun
baru sama Saya” ucap Bagas santun. Ia terlihat sangat santai, tak ada raut
ketakutan di wajahnya
“Boleh
ya, Ma, Pa, Please! Cindai mooohooonnn” ucap Cindai memohon sambil
mempertemukan kedua telapak tangannya
“Hmm..,
boleh-boleh aja!” jawab Papa Cindai dengan santai (ingin selalu aku denganmu,
emngkaulah kamuku)
“Serius
Pa/Om?” tanya Bagas dan Cindai tak percaya (siapapun yang melihat kita, mungkin
kan mengerti)
“Iyaa..
tapi Bagas, kamu harus janji akan selalu jagain anak Om dan Tante. Kalau sampai
terjadi apa-apa dengan Cindai, Om nggak akan segan-segan memberi perhitungan
sama kamu. Dan kalian tidak boleh pacaran lagi!” jelas Papa Cindai (dan membaca
yang telah tersirat di anatra kita)
“Bagas
janji Om, sampai mati juga Bagas selalu jagain Princess Om ini..!” (ingin
selalu aku dekatmu, engkaulah kamuku)
Sepertinya
Papa Mama Cindai sudah mulai percaya pada Bagas. Mungkin mereka menyadari bahwa
tidak semua lelaki seperti ‘RENDY’. Lelaki yang tidak bisa bertanggung jawab
atas apa yang diucapkan dan dilakukannya. Papa Mama Cindai cukup lama mengenal
Bagas. Dan mereka tau sosok Bagas seperti apa. Jadi akhir-akhir ini mereka tak
jarang lagi untuk mengizinkan Bagas dan Cindai jalan berdua.
Selasa, 31 Desember 2013 (22.15 WIB)
Cindai
sudah bersiap-siap di kamarnya. Ia terlihat cantik sekali malam ini. Dengan
make up yang sangat natural, pipi yang dipolesi blush-on tipis, matanya semakin
terlihat indah dengan eye liner dan sedikit eye shadow, bibir yang pink alami,
dan rambut hitam lurus yang terurai. Cindai menggunakan gaun tanpa lengan,
selutut, berwarna biru muda, high heels 7cm dengan warna senada, dan pita kecil
di rambutnya semakin membuat Cindai terlihat sempurna malam ini. Bak seorang
princess.
Cindai
mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Karena ia tau walaupun
tengah malam akan tetap macet karena banyak orang yang juga merayakan malam
tahun baru. Terdengar Hand Phone Cindai berbunyi. Cindai memasangkan earphone
kemudian mengangkat telfon yang tak lain dari Bagas – kekasihnya.
“Halo
sayang.. aku masih di jalan nih, bentar lagi nyampek kok.. iya ini aku
pelan-pelan.. aku udah di jalan ceria 3.. kamu nggak percaya banget sih sayang,
aku nggak papa sendirian.. haha kamu bisa aja sih.., AAAAAAAA..” telfon Cindai
terputus saat melihat cahaya menyilaukan di depannya, rupanya itu lampu truk
yang sedang melaju kencang. Cindai terlambat me-rem mobilnya. Iapun membelokkan
mobilnya, daann... BRAAKK!! Mobil Cindai menabrak sebuah pohon besar. Darah
dari kepalanya tak berhenti mengalir.
“Cindaaaiii
kamu kenapa sayang...?” teriak Bagas dari seberang sana
“Tadi
Cindai bilang ada diiii.., jalan ceria 3 !! Gue harus kesana!” lanjutnya
Cindai
sudah terbaring di rumah sakit. Dan kini dokter masih menanganinya. Bagas tak
henti-hentinya memanjatkan do’a untuk kekasihnya ini. Bagas sudah menghubungi
Orang tua Cindai. Mungkin sekarang mereka sedang menuju rumah sakit.
(Backsound:
Vierra_ Kepergianmu)
Saat
orang tua Cindai tiba di rumah sakit, mereka melihat dokter keluar dari ruang
UGD. Dan mereka juga melihat sosok lelaki tampan sedang tertidur di sana, yang
tak lain adalah Bagas.
“Keluarga
pasien yang kecelakaan ?” tanya Dokter
“Kami
orang tuanya, Dok. Bagaimana keadaan anak kami ?” ucap Papa Cindai
“Sebelumnya
kami minta maaf, kami sudah melakukan yang terbaik untuk putri bapak dan ibu,
tapi takdir berkata lain. Putri Bapak dan Ibu meninggal dunia..!” ucap Dokter
dengan sangat berhati-hati (ku iringi langkahmu sampai ke akhir jalan)
“Meninggal
? Dokter serius ? Ayolah, Dok.., saya bisa bayar berapapun supaya anak saya
sembuh,” ucap Mama Cindai histeris (sungguh berat terasa, mengahadapi semua)
“Kami
mohon maaf, Bu. Mungkin anak ibu sudah tenang di alam sana. Permisi.” Ucap
Dokter lalu meninggalkan Mama Papa Cindai (di saat terakhirku menatap wajah
itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)
Papa
Cindai menoleh ke arah Bagas yang sedang tertidur. Ia menatap Bagas. Ia
berfikir bahwa Bagas telah menghianatinya. Ia sudah mempercayai Bagas untuk
pergi bersama putri tunggalnya itu. Tapi nyatanya?? Bagas malah membunuhnya.
Dan sekarang! Hidup kedua orang tua Cindai telah hampa. Tak ada yang menghiasi
kehidupannya lagi. Kedua putrinya telah meninggalkannya. Dan hanya menyisahkan
air mata.
(ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat
tanganmu.. sungguh ku tak rela)
BUG
!! BUG !! BUG !!
Tiba-tiba
Papa Cindai memukul Bagas. Bagaspun terbangun dari tidurnya. Ia tak menyangka
Papa Cindai melakukan ini padanya. Papa Cindai masih terus memukulinya. Namun
Bagas hanya diam, tak berbicara satu katapun, dan tak membalas sebuh pukulan.
Dalam hatinya, ia menunggu apa maksud dari semua ini.
“BRENGSEK
!! Saya sudah mempercayai kamu untuk menjaga Cindai. Tapi kenapa kamu bunuh
anak saya? Hah??!” Papa Cindai masih terus memukuli Bagas dengan penuh amarah
(ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis)
“Membunuh?
Maksud Om apa? Jujur Bagas nggak ngerti, Om. Tolong jelasin semuanya pada
Bagas..! apa maksud semua ini ??” Bagas kaget mendengar ucapan Papa Cindai,
apalagi dengan kalimat ‘Kenapa kmu bunuh anak saya?’ (maka semua kenanganmu ku
relakan saat kepergianmu)
“Kamu
yang seharusnya menjelaskan pada kami. Gara-gara kamu Cindai meninggal dunia.
Kamu tau? Cindai adalah Anugrah satu-satunya dari Tuhan untuk keluarga kami.
Dan kamu? Kamu malah membunuhnya. Saya pikir kamu lelaki baik-baik, saya pikir
kamu bisa menjaga anak saya, saya pikir kamu tulus mencintai anak saya, saya
pikir kamu bisa membahagiakan anak saya, tapi ternyata?? Kamu Cuma bisa
membuatnya menderita dan membuatnya jauh dari kami.... maksud kamu apa
melakukan semua ini??” Amarah Papa Cindai sangatlah memuncak, ia tak terima
anak tunggalnya meninggalkannya, juga Mamanya (di saat terakhirku menatap wajah
itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)
Bagas
benar-benar syok saat mendengar penjelasan Papa Cindai. Ia hendak memasuki
kamar Cindai, namun dicegah oleh Papa Cindai. “Om, saya ingin melihat Cindai
untuk yang terakhir kalinya,” ucap Bagas lirih, terlihat ia sedang menahan air
matanya (ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu... sungguh ku tak
relaa..)
“Kamu
ingat kan janji kamu pada saya? Kalau kamu tidak bisa menjaga anak saya, kamu
jangan lagi berhubungan dengan dia. Dan sekarang! Saya tidak akan ngizinin kamu
masuk untuk melihat Cindai. Kamu seharusnya bersyukur sekarang masih bisa ada
di sini, dan bukan di penjara. Sebaiknya kamu pulang !! Saya tidak ingin
melihat wajah kamu lagi !” jelas papa Cindai panjang lebar, ia berusaha
menenangkan bicaranya (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua
kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)
“Tapi
Om...., saya mohoonn..” Bagas berlutut di hadapan Papa Cindai. Tangisnya mulai
pecah (takkan pernah ku lupakan dirimu)
“PULANG
!!!” teriak Papa Cindai mendorong Bagas kasar (takkan sanggup ku lupakan semua)
(musik jeda)
Dengan
perasaan tak karuan, sedih, menyesal, benci karena ia telah membunuh Cindai,
kaget, kecewa, itu semua yang Bagas rasakan saat ini. Ia tak bisa menatap wajah
Cindai di sisa hidupnya. Andaikan waktu bisa berputar kembali, ia ingin
membatalkan semua janji-janjinya, tidak ada yang namanya malam tahun baru,
tidak akan ada yang namanya kembang api, tidak ada yang namanya surprise.
Seandainya Bagas tidak mengajak Cindai pergi dan tidak menelfon Cindai saat
Cindai mengemudikan mobilnya, mungkin semua ini tak akan terjadi. Bagas
benar-benar terpuruk. Kekecewaannya terhadap dirinya sendiri benar-benar tak
dapat dipungkiri. Bagas terus mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sangat
indah. Tempat yang bernuansa romantis, tempat yang sudah dihiasnya sedemikian
rupa, tempat yang nantinya akan menjadi tempat bersejarah baginya dan Cindai.
Namun semua itu tak terjadi.
“Aaaaaaaaaaaaarghh...!!
kenapa ini semua harus terjadi..” (di saat terakhirku menatap wajah itu,
terpejam kedua mata dan terbang selamanya)
“Kenapa
harus sekarang.. kenapa secepat ini....??” (ingin ku mengejar dirimu,
menggenggam erat tanganmu)
“Aku
tau aku salah. Tapi aku masih ingin melihat wajah Cindai. Wanita terhebat
setelah mama, calon pendampingku, aku sangat mencintainyaa...” (sungguh ku tak
relaaa..aa...)
“Cindai
sudah pergi !! Dia melanggar janjinya. Janji untuk mendampingiku sampai kakek
nenek...” (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku
relakan saat kepergianmu)
“Aku
egois !!! seandainya aku nggak nelfon kamu, pasti sekarang kamu udah nyampe
sini...” (takkan pernah ku lupakan dirimu)
“Aaaarghh
Cindaaaiii maafin akuuu...” (takkan sanggup ku lupakan semua)
SUNYI
!! (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku
relakan saat kepergianmu)
Penyesalan
memang tak pernah datang tepat waktu. Penyesalan selalu datang terlambat.
Selalu datang saat semua yang tak diinginkannya terjadi. Hanyalah penyeselan
yang masih tersisa. Penyesalan !! sebuah perasaan yang begitu membunuh. Membuat
setiap orang yang merasakannya begitu terpuruk.
Tak
ada harapan lagi untuk Bagas menatap wajah cantik Cindai. Tak ada harapan lagi
untuk Bagas memandangi manisnya bibir Cindai saat tersenyum. Tak ada harapan
lagi untuk bisa bercanda tawa dengan Cindai. Tak ada lagi harapan Bagas untuk
bisa membahagiakan Cindai. Tak ada harapan lagi untuk Bagas bisa menikahi
Cindai, dan menjadi ayah dari anak-anak Cindai. Bahkan untuk saat ini, tak ada
harapan untuk Bagas bisa menyaksikan pemakaman kekasihnya itu.
(23.40 WIB)
(Backsound:
Fatin_ Dia Dia Dia)
“Bentar
lagi pukul dua belas malam, Sayang. Aku masih nunggu kamu untuk ngerayain tahun
baru ini. Berdua Sayang, aku masih bisa kan melihat pesta kembang api dari atas
bukit ini berdua sama kamu.”
“Masih
bisa kok,” suara itu ?? suara kembut itu ?? itu suara Cindai. Entah ini sebuah
halusinasi atau apa. Tapi itu suara Cindai. Tak dapat di pungkiri. (selalu ku
pikir bahwa aku tegar)
“Cindai?”
Bagas menoleh (aku tak pernah menyangka kan begini)
“Iyaa.
Aku Cindai. Pacar kamu” jawab Cindai tersenyum (dan saat engkau tak di sisiku
lagi)
“Ini
bohong” (baru ku rasakan arti kehilangan)
“Enggak
sayang. Aku masih hidup. Aku masih ada buat kamu. Ini aku Cindai. Semuanya tadi
salah! Itu bukan aku” Cindai benar meyakinkan. Ia mendekati Bagas, begitu juga
sebaliknya. Tangan mereka bertemu. Benar-benar nyata. Kedua pasang mata mereka
saling bertatapan. Mencari sebuah kenyataan yang lebih dalam lagi. Dan ya!! Ini
nyata. (ingin ku bicara hasrat mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk
lalui hitam putih hidup ini, saat engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada
lagi yang tersisa, dia dia dia telah mencuri hatiku)
“Jadi??
Aaarrghh.. apa aku sudah gila?” Bagas tak percaya. Ia melihat Cindai tersenyum
ke arahnya. Mengeratkan genggaman tangannya. Mungkin Cindai ingin membuktikan
bahwa ini nyata. Tangan mereka masih bisa bertemu. (dan saat hari di mana kau
tinggalkanku, ku kira semuanya kan baik-baik saja, dan kini baru ku sadari
semua, dia dia dia telah mencuri hatiku)
PLEK
!! Bagas langsung menarik tangan Cindai. Membawa Cindai kedalam dekapannya.
Merasakan sebuah hal yang lebih nyata lagi. Dan ini memang Cindai. Kekasihnya.
Ini masih BELUM BERAKHIR. Harapan-harapan itu kembali muncul. Air matanya mulai
surut. Dan senyuman kini mengembang di antara keduanya. (ingin ku bicara hasrat
mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk lalui hitam putih hidup ini, saat
engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada lagi yang tersisa, dia dia dia telah
mencuri hatiku) (musik jeda)
“Om
minta maaf, Gas.” Itu adalah suara Papa Cindai. Suara itu terdengar lembut.
Bagaspun melepaskan pelukannya. Ia menatap Papa Cindai berdiri di hadapannya
“Untuk
apa, Om?” Bagas tersenyum
“Maaf
karena Om sudah menuduh kamu. Ternyata tadi bukan Cindai. Hanya saja kamar
mereka berdekatan. Dan Om fikir itu Cindai. Ternyata Cindai hanya mengalami
luka ringan di kepalanya. Dan sekarang! Om mengizinkan kalian untuk merayakan
pesta kembang api di sini. Om tau kamu baik, Gas” jelas Papa Cindai. Ia
langsung memeluk Bagas
“Bagas
gak pernah nganggep Om salah kok. Dan tadi Bagas berfikir semua yang Om bilang
itu benar,” jawab Bagas membalas pelukan Papa Cindai
“Yaudah!
Lima menit lagi pukul dua belas. Om pulang dulu ya! Cindai, Papa pulang dulu
ya!” pamit Papa Cindai
“Iya,
Pa” jawab Cindai tersenyum
“Om
nggak ikut tahuan baruan di sini ??” goda Bagas
“Hmm..,
takut ganggu!” balas Papa Cindai lalu pergi
“Hahaha”
tawa Bagas dan Cindai
(Backsound: Fatin
Ft. Mikha_ Kaulah Kamuku)
Kini Bagas dan Cindai sedang duduk di atas
bukit itu. Mereka berdua sama-sama memeluk kedua lututnya yang di tekuk dan
menatap indahnya langit malam ini. Penuh dengan taburan bintang. Dan cahaya
bulan yang semakin menyempurnakan. Suasana tahun baru mulai terasa. Sungguh ini
romantis.
“Lucu
ya??!” ucap Bagas menoleh Cindai (detik indah di pulang sekolah)
“Hm?”
Cindai memicingkan alisnya tanda ia tak mengerti (di siang lewat pukul dua
belas)
“Ya
ini! Aku udah nangis sejadi-jadinya sampe wajah aku merah kek gini dan aku udah
malu karena diusir Papa kamu waktu di rumah sakit, dan ternyata?? Ternyata Cuma
salah orang, ternyata kamu nggak papa, kamu baik-baik aja!!” jelas Bagas kesal (basah
tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa bahagia)
“Hahaha..
kamu yang lucu! Lagian suruh siapa tadi kamu ketiduran, kan jadinya lupa kalo
kamar aku bukan di sebelah situ..,” tawa Cindai (ku bertanya pada hati, telah
kah ku jatuh hati, semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)
“Iish
kamu kok ngeledek sih..,” Bagas menggelitiki pinggang Cindai (entah apakah
gerangan, akupun merasakannya)
“Aww..
Hehe.. Aww.. Ih Bagas geli tau! Lepasin!! Iihh... jahat” (gelisah di setiap
malam, bayangmu dalam lamunan)
“Aku
nggak mau lepasin. Suruh siapa kamu ngeledekin aku mulu. Kalo kamu mau gak
digelitikin lagi, kamu harus nurutin permintaan aku” ucap Bagas masih terus
menggelitiki pinggang Cindai (ku bertanya pada hati, telah kah ku jatuh hati,
semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)
“Aduh..
sayang, lepasin dong! Yaudah deh iya aku mau. Kamu minta apa?” Cindai
benar-benar pasrah, ia tidak ingin mati kegelian.. hehe (siapapun yang melihat
kita mungkin kan mengerti)
“Nah
gitu dong.. sekarang aku mau ini!” Bagas menyentuh bibir Cindai (dan membaca
yang telah tersirat
“Apaan?”
(di antara kita)
“Nggak
ngerti?? Masa? Apa mau digelitikin lagi nih..?” (ingin selalu aku dekatmu)
“Apaan
sih?”
“Kok
gitu sih.. aku mau ini!” Bagas kembali menyentuh bibir Cindai dengan jari
telunjuknya (engkaulah kamuku)
“Ish
kamu modus banget sih. Nggak Ah! Gaboleh tau.” (ku bertanya pada hati)
“Yaudah
digelitikin lagi”
“Eh
eh jangan! Yaudah deh. Eh tapi di pipi aja ya! Please..” (telahkah ku jatuh
hati)
“Kenapa
emangnya kalo di bibir?” (semua terasa serba salah)
“Aku
malu.. udah deh di pipi aja!” (bila jauh tanpamu)
“Yah
kamu.. yaudahlah gapapa”
CUP
!! Cindai mencium pipi kanan Bagas (siapapun yang melihat kita mungkin kan
mengerti)
“Udah
kan?” tanya Cindai berbinar
“He’em..”
Bagas hanya mengangguk tanpa ekspresi (?) (dan membaca yang telah tersirat di
antara kita
“Kok
gitu?” (ingin selalu aku dekatmu)
“.......”
“Kenapa
sih?” (engkaulah kamukuuu...)
“.......”
(Oo.. yeeeyee..)
“Marah?”
“.......”
“Gak
asik ih” (engkaulah kamukuuu..)
(00.00 WIB)
CIIIITTT...
JEDDARR !!
CIIITTTT...
JEDDARR !!
CIIIITTT...
JEDDARRR !!
Sudah
terdengar suara kembang api menggema. Kelap-kelip cahayanya begitu indah, warna
yang sangat beragam, dan membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan kesan
tersendiri. Bagas dan Cindai bisa menikmatinya dari atas bukit ini. Sunggu
indah kembang api-kembang api itu. Kembang api yang paling indah di antara
kembang api lainnya adalah kembang api yang bertuliskan “HAPPY NEW YEAR 2014”
benar-benar mengesankan.
“Sayang!
Liat deh itu kembang apinya udah nyala.. bagus ya!” Cindai terkagum-kagum
melihat pemandangan kembang api di malam itu
“.......”
namun Bagas masih diam, ia bersikap seolah-olah mengatakan “biasa aja”
“Kamu
masih marah? Kan gak seru, Gas. Masa tahun baruan kayak gini sih?” rengek
Cindai
Bukannya
malah menjawab, Bagas malah bangkit. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan
Cindai.
“Apa
maksudnya? Kok Bagas semarah itu sih.. nggak kayak biasanya!” Cindai menggerutu
kesal. Posisinya masih bertahan di sana. Dalam hatinya, biarin deh Bagas pergi,
yang penting aku bisa nikmati tahun baru di sini.
CIIIITT...
JEDDARR !! JEDDAAARR !!
“Ebuset!!”
Cindai kaget saat mendengar suara kembang api di dekatnya. Cindaipun menoleh,
daann... “WOW...!” Cindai semakin terkagum-kagum saat melihat itu. Baginya ini
adalah kembang api terindah di seluruh dunia. Kembang api yang bertuliskan “I
LOVE YOU CINDAI” dan di bawahnya “BAGAS CINDAI FOREVER” dan di bawahnya lagi
“HAPPY NEW YEAR MY LOVE”. It’s so beautiful. Hari yang sangat bersejarah bagi
BaDai, terlebih Cindai. Ia merasa sangat berarti bagi Bagas, sampai-sampai ia
memberikan semua ini untuknya.
(Backsound:
Storia_ Buat Ku Tersenyum)
“Ehem!
Suka nggak?” Bagas mengagetkan Cindai dengan memeluknya dari belakang.
Cindaipun menoleh
“Kamu
jahat ih! Bisa banget ya kalo disuruh bikin kejutan kek gini!” kesal Cindai
menahan tawa (waktu itu kau datang padaku kau bilang padaku kau mau denganku)
“Yaiyalah..
Bagas gitulooohh haha” (aku mau menerimamu jadi kekasihku, jika kau janji kan
selaluu..)
“Iiihh..
aku pikir tuh tadi kamu mau pulang, kirain marah beneran.. eh ternyata.. iihh
aku kesel tauu!!” Cindai membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Bagas
kemudian memukul Bagas pelan (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakan ku selalu
seumur hidupku)
“Tapi
kamu seneng kan... Udah ngaku aja!” goda Bagas mencubit kedua pipi Cindai
(buatku buatku buatku tersenyum untukmu)
“Aw..
Ih tuh kan ngesellin lagi. Emang ya, dari dulu ngesellinnya gak ilang-ilang”
“Terus
kenapa mau jadi pacar aku kalo emang ngesellin ???” Bagas pura-pura marah
‘lagi’
“Yaaa
karenaa.. karenaa.. ya karena aku cinta lah sama kamu!” jawab Cindai seadanya.
Ia benar-benar salting diperlakukan seperti ini oleh Bagas (aku mau ada di
hatimu hadir di mimpimu warnai harimu)
“Hahaha...
polos banget sih pacar aku!” jawab Bagas lalu memeluk pinggang Cindai hingga
Cindai tertarik dan merapat ke tubuhnya (aku mau menerimamu jadi kekasihku jika
kau janji akan selalu...)
“Ya
terusss?? Mau yang galak?” Cindai melototkan matanya
“Hehehe..
nggaklah sayang” (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakanku selalu seumur
hidupku.. buatku buatku buatku tersenyum untukmu)
SUNYI
!!! Bagas masih memeluk pinggang Cindai. Mereka saling bertatapan di temani
suara-suara kembang api. Cindai merasa saat ini adalah wanita paling bahagia
sedunia. Ia bisa mempunyai seorang kekasih seperti Bagas. Sosok lelaki yang
luar biasa. Tampan, baik, perhatian, pintar, romantis, dan tulus mencintai
Cindai apa adanya, dalam suka maupun duka.
Sedangkan
Bagas. Ia sangat bersyukur saat ini. Bersyukur karena kisahnya belum berakhir.
Kekasihnya baik-baik saja. Andaikan Cindai benar-benar meninggalkan dunia ini,
ia pasti tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Sungguh luar biasa.
“Happy
new year my love...” bisik Bagas
“Happy
new year too..” jawab Cindai
Bagas
memegang dagu Cindai dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih
memeluk pinggang Cindai. Kini jarak antara wajah Bagas dan wajah Cindai semakin
dekat. Cindai menutup matanya, perasaannya saat ini benar-benar tak karuan,
jantungnya juga berdetak semakin kencang, dan tubuhnya terasa kaku. Bagas
memiringkan wajahnya. Daann.. CUP !! Bagas mencium bibir Cindai di malam tahun
baru ini. Di antara indahnya pesta kembang api seluruh dunia. Dan di bawah
kembang api terindah yang bertuliskan ..,
“I
LOVE YOU CINDAI”
“BAGAS
CINDAI FOREVER”
“HAPPY
NEW YEAR MY LOVE”
_TAMAT_