Selasa, 31 Desember 2013

Cerpen Bagas Cindai Special Tahun Baru 2014

BELUM BERAKHIR
(Happy New Year)
~Cerpen~

Author:
·       Dwi Riska Aulia (@dwiriska_a)
Cast:
·       Bagas Rahman Dwi Saputra (@bagasrds) 
·       Gloria Chindai Lagio (@ChindaiGloria)
Backsound:
·       Tasya_ Libur telah tiba
·       Fatin ft. Mikha_ Kaulah Kamuku
·       Vierra_ Kepergianmu
·       Fatin_ Dia Dia Dia
·       Storia_ Buat Ku Tersenyum
Genre: Romantic


(Backsound: Tasya_ Libur telah tiba)

          “Yes! Akhirnya liburan juga” (libur telah tiba, libur telah tiba hatiku gembira)
        “Mau kemana nih liburannya..?” (simpanlah tas dan bukumu)
        “Enaknya kemana ya?” (hilangkan keluh kesalmu)
        “Jalan-jalan nyoookk..” (libur telah tiba)
        “Seru nih ngerayain tahun baru bareng-bareng...!” (libur telah tiba)
        “Apalagi kita ngumpulin kembang api banyak...!” (hatiku gembira)
        “Beuuhh..., pasti seru bingiitttss..”

        Itulah kata-kata yang keluar dari mulut siswa-siswi SMA Harapan Bangsa. Terlihat raut wajah-wajah mereka begitu berbinar saat mendengar berita liburan. Apalagi dengan kata “NEW YEAR”, saat mendengar kata itu langsung terlintas di otak masing-masing ribuan kembang api, jalan-jalan, dan yaa... untuk yang punya pacar, mungkin jalan-jalan berdua.., hehehe. Semua itu mereka lakukan untuk menghibur diri. Menghilangkan stres, lelah, dan penat selama 6 bulan bersekolah.

(Backsund: Fatin ft. Mikha_ Kaulah kamuku (Reff))

        “Sayang, kita ngerayain tahun baru berdua ya!” ucap seorang cowok yang sangat tampan. Namanya adalah Bagas, ia mempunyai kekasih bernama Cindai, wanita yang dipanggilnya ‘sayang’ tadi. Mereka sedang duduk berdua di bangku taman (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Berdua ?” Cindai tak percaya (dan membaca yang telah tersirat di antara kita)

        “Iya berdua.., emang kenapa? Kamu nggak mau tahun baruan berdua sama aku?” ujar Bagas dengan wajah memelas (ingin selalu aku dekatmu)

        “Bukan gitu, Sayang. Kamu tau sendiri kan Mama Papa aku gimana..? aku takut mereka nggak ngizinin aku pergi kalo Cuma berdua sama kamu!” jelas Cindai sambil memegang kedua tangan Bagas. Memang semenjak orang tua Cindai tau tentang kedekatan Bagas dengan anaknya, mereka terlihat sangat tidak senang. Sebenarnya membenci Bagas, mereka hanya tidak ingin Cindai seperti kakaknya. (engkaulah kamukuu.. uu.. hoowoo.. woo.. yee)

* * *

        “Ren, kamu harus tanggung jawab!” ucap Alya - kakak Cindai pada mantan pacarnya yang bernama Rendy. Rendy memutuskan hubungannya dengan Ayla saat mendengar kabar kehamilan Ayla.

        “Tanggung jawab apasih?” tanya Rendy seolah-olah ia tak tahu semuanya
       
        “Aku hamil...! Ini juga darah daging kamu Rendy..” ucap Ayla dengan suara yang bergetar

        “Sorry, Ay. Gue emang pernah pacaran sama lo, tapi kita udah PUTUS ! Dan sampai kapanpun, gue gak akan nikah sama lo, kita tetep jadi temen.., anak itu bukan darah daging gue!” ucap Rendy keras lalu meninggalkan Ayla

        “Rendyyy lo jahaatt... Lo bisa ngomong kek gitu setelah apa yang lo lakuin sama gue..??!! dasar cowok BRENGSEK !!” teriak Ayla dengan mengeluarkan air matanya

* * *

        “Hiks.. kak, kenapa kakak harus kaya gini? Jangan tinggalin Cindai kak, Cindai sayang kak Ayla.. Hiks.., hiks..” ucap Cindai terisak sambil memeluk kakaknya yang tengah terbaring di ruang ICU.

        Sudah dua hari Ayla mengalami koma, ia berdiri di tengah jalan dan memasrahkan hidupnya. Ia tak memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, ia tak memikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang menyayanginya, ia tak memikirkan seperti apa siksaan yang harus di terima di akhirat kelak. Yang ada di fikirannya saat ini hanyalah ‘bunuh diri’. Jika ia masih hidup, ia tak akan sanggup mendengar pembicaraan orang-orang tentang dirinya nanti. Ia tak sanggup jika anaknya disebut’anak haram’. Ia tak sanggup di cap sebagai ‘wanita murahan’. Dan ia tak sanggup jika harus mengurusi seorang anak tanpa suami yang selalu berada di sisinya.

TIIIIIITTTT....!!!

Jantung Ayla telah berhenti berdetak, nafasnya tak berhembus lagi. Tercapai sudah keinginan gadis cantik ini untuk meninggalkan dunia bersama janin di tubuhnya, meninggalkan orang-orang yang menyayanginya, hanya menyisahkan kenangan-kenangan indah yang pernah terlukis di antara mereka.

        “Kakaaaakkk... jangan tinggalin Cindai..!”
        “Aylaaa... kenapa secpat ini kamu meninggalkan kami, Naakk”
        “Jangan tinggalkan kami Ayla...! Kami semua sayang sama kamu!”

Hanya kata-kata itu yang terucap dari bibir keluarga Ayla. Namun tak dapat dipungkiri. Ayla telah membawa dirinya ke jalan yang salah. Ia kalah dengan hasutan syetan. Ia tak memikirkan keindahan – keindahan lain yang akan menghiasi hidupnya bersama janin yang sedang dikandungnya.

        Itulah alasan Papa Mama Cindai sangat membenci Cindai berpacaran. Mereka takut Cindai akan seperti kakaknya. Mereka tidak ingin kejadian hari itu terulang kembali. Anaknya tiada karena seorang laki-laki yang tak bisa menjaganya dengan baik. Laki-laki yang tak punya harga diri dan tak bisa bertanggung jawab. Hanya bisa mengucapkan kata ‘CINTA’ dari bibir, buka dari hati.

* * *

        “Sayang, kamu masih ingat kan hari jadian kita? Tanggal 28 Januari 2013. Hampir setahun kita pacaran. Dan aku ingin melewati momen tahun baru bersama kamu. Wanita yang sangat aku cinta setelah Mama” Bagas menggenggam kedua tangan Cindai. Berusaha meyakinkan Cindai, bahwa tak akan terjadi apa-apa saat Cindai bersamanya.

        “Aku tau itu. Tapi biar bagaimana pun juga ak......”

        “Ssstt.. Aku janji, aku pasti bisa merayu Mama Papa kamu buat ngebolehin kita jalan berdua” Bagas meletakkan jari telunjuknya di bibir Cindai. Dan kini Cindai tersenyum, ia terlihat begitu kagum dengan kenekatan (?) kekasihnya itu.

        “Janji?” Cindai menjulurkan jari kelingkingnya ke arah Bagas

        “Janji!” jawab Bagas tersenyum seraya menautkan jari kelingkingnya

(Backsund: Fatin ft. Mikha_ Kaulah kamuku)

        “Yaudah yuk pulang! Hari ini aku mau mampir ke rumah kamu untuk ketemu sama Mama Papa kamu” ucap Bagas

        “Kamu yakin?” Cindai terlihat ragu

        “Yakin banget sayang.. udah yuk!” jawab Bagas lalu menggangdeng tangan Cindai

(detik indah di pulang sekolah, di siang lewat pukul dua belas, basah tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa bahagia)

        Terlihat Bagas dan Cindai begitu menikmati kebersamaannya di siang ini. Bagas mengendarai motor ninja-nya dengan kecepatan tinggi, hingga Cindai terpental dan memeluk pinggangnya erat. Mungkin ini MODUS :D
(ku bertanya pada hati, telahkah ku jatuh hati, semua terasa serba salah, bila jauh tanpamu)

        “Iihh Bagaasss.. aku takut jatoh!” teriak Cindai sambil terus memeluk pinggang Bagas dengan erat (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Biarin !! biar aku bisa dipeluk terus sama kamu” jawab Bagas (dan membaca yang telah tersirat di antara kita)

        “Ih dasar MODUUUSSS” (ingin selalu aku dekatmu, engkaulah kamukuuu...)

Sesampainya di rumah Cindai (musik jeda). Bagas ikut memasuki rumah yang berdiri megah itu. telah terlihat kedua orang tua Cindai menatap Bagas dengan tatapan sulit diartikan.

        “Siang Om, Tante” sapa Bagas ramah

        “Mau apa kamu kesini ?”

        “Saya Cuma mau minta izin pada Om dan Tante, kalo besok Cindai akan ngerayain tahun baru sama Saya” ucap Bagas santun. Ia terlihat sangat santai, tak ada raut ketakutan di wajahnya

        “Boleh ya, Ma, Pa, Please! Cindai mooohooonnn” ucap Cindai memohon sambil mempertemukan kedua telapak tangannya

        “Hmm.., boleh-boleh aja!” jawab Papa Cindai dengan santai (ingin selalu aku denganmu, emngkaulah kamuku)

        “Serius Pa/Om?” tanya Bagas dan Cindai tak percaya (siapapun yang melihat kita, mungkin kan mengerti)

        “Iyaa.. tapi Bagas, kamu harus janji akan selalu jagain anak Om dan Tante. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Cindai, Om nggak akan segan-segan memberi perhitungan sama kamu. Dan kalian tidak boleh pacaran lagi!” jelas Papa Cindai (dan membaca yang telah tersirat di anatra kita)

        “Bagas janji Om, sampai mati juga Bagas selalu jagain Princess Om ini..!” (ingin selalu aku dekatmu, engkaulah kamuku)

        Sepertinya Papa Mama Cindai sudah mulai percaya pada Bagas. Mungkin mereka menyadari bahwa tidak semua lelaki seperti ‘RENDY’. Lelaki yang tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang diucapkan dan dilakukannya. Papa Mama Cindai cukup lama mengenal Bagas. Dan mereka tau sosok Bagas seperti apa. Jadi akhir-akhir ini mereka tak jarang lagi untuk mengizinkan Bagas dan Cindai jalan berdua.

Selasa, 31 Desember 2013 (22.15 WIB)

        Cindai sudah bersiap-siap di kamarnya. Ia terlihat cantik sekali malam ini. Dengan make up yang sangat natural, pipi yang dipolesi blush-on tipis, matanya semakin terlihat indah dengan eye liner dan sedikit eye shadow, bibir yang pink alami, dan rambut hitam lurus yang terurai. Cindai menggunakan gaun tanpa lengan, selutut, berwarna biru muda, high heels 7cm dengan warna senada, dan pita kecil di rambutnya semakin membuat Cindai terlihat sempurna malam ini. Bak seorang princess.
        Cindai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Karena ia tau walaupun tengah malam akan tetap macet karena banyak orang yang juga merayakan malam tahun baru. Terdengar Hand Phone Cindai berbunyi. Cindai memasangkan earphone kemudian mengangkat telfon yang tak lain dari Bagas – kekasihnya.

        “Halo sayang.. aku masih di jalan nih, bentar lagi nyampek kok.. iya ini aku pelan-pelan.. aku udah di jalan ceria 3.. kamu nggak percaya banget sih sayang, aku nggak papa sendirian.. haha kamu bisa aja sih.., AAAAAAAA..” telfon Cindai terputus saat melihat cahaya menyilaukan di depannya, rupanya itu lampu truk yang sedang melaju kencang. Cindai terlambat me-rem mobilnya. Iapun membelokkan mobilnya, daann... BRAAKK!! Mobil Cindai menabrak sebuah pohon besar. Darah dari kepalanya tak berhenti mengalir.

        “Cindaaaiii kamu kenapa sayang...?” teriak Bagas dari seberang sana
        “Tadi Cindai bilang ada diiii.., jalan ceria 3 !! Gue harus kesana!” lanjutnya

        Cindai sudah terbaring di rumah sakit. Dan kini dokter masih menanganinya. Bagas tak henti-hentinya memanjatkan do’a untuk kekasihnya ini. Bagas sudah menghubungi Orang tua Cindai. Mungkin sekarang mereka sedang menuju rumah sakit.

(Backsound: Vierra_ Kepergianmu)

        Saat orang tua Cindai tiba di rumah sakit, mereka melihat dokter keluar dari ruang UGD. Dan mereka juga melihat sosok lelaki tampan sedang tertidur di sana, yang tak lain adalah Bagas.

        “Keluarga pasien yang kecelakaan ?” tanya Dokter

        “Kami orang tuanya, Dok. Bagaimana keadaan anak kami ?” ucap Papa Cindai

        “Sebelumnya kami minta maaf, kami sudah melakukan yang terbaik untuk putri bapak dan ibu, tapi takdir berkata lain. Putri Bapak dan Ibu meninggal dunia..!” ucap Dokter dengan sangat berhati-hati (ku iringi langkahmu sampai ke akhir jalan)

        “Meninggal ? Dokter serius ? Ayolah, Dok.., saya bisa bayar berapapun supaya anak saya sembuh,” ucap Mama Cindai histeris (sungguh berat terasa, mengahadapi semua)

        “Kami mohon maaf, Bu. Mungkin anak ibu sudah tenang di alam sana. Permisi.” Ucap Dokter lalu meninggalkan Mama Papa Cindai (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)

        Papa Cindai menoleh ke arah Bagas yang sedang tertidur. Ia menatap Bagas. Ia berfikir bahwa Bagas telah menghianatinya. Ia sudah mempercayai Bagas untuk pergi bersama putri tunggalnya itu. Tapi nyatanya?? Bagas malah membunuhnya. Dan sekarang! Hidup kedua orang tua Cindai telah hampa. Tak ada yang menghiasi kehidupannya lagi. Kedua putrinya telah meninggalkannya. Dan hanya menyisahkan air mata.

(ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu.. sungguh ku tak rela)

        BUG !! BUG !! BUG !!

        Tiba-tiba Papa Cindai memukul Bagas. Bagaspun terbangun dari tidurnya. Ia tak menyangka Papa Cindai melakukan ini padanya. Papa Cindai masih terus memukulinya. Namun Bagas hanya diam, tak berbicara satu katapun, dan tak membalas sebuh pukulan. Dalam hatinya, ia menunggu apa maksud dari semua ini.

        “BRENGSEK !! Saya sudah mempercayai kamu untuk menjaga Cindai. Tapi kenapa kamu bunuh anak saya? Hah??!” Papa Cindai masih terus memukuli Bagas dengan penuh amarah (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis)

        “Membunuh? Maksud Om apa? Jujur Bagas nggak ngerti, Om. Tolong jelasin semuanya pada Bagas..! apa maksud semua ini ??” Bagas kaget mendengar ucapan Papa Cindai, apalagi dengan kalimat ‘Kenapa kmu bunuh anak saya?’ (maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        “Kamu yang seharusnya menjelaskan pada kami. Gara-gara kamu Cindai meninggal dunia. Kamu tau? Cindai adalah Anugrah satu-satunya dari Tuhan untuk keluarga kami. Dan kamu? Kamu malah membunuhnya. Saya pikir kamu lelaki baik-baik, saya pikir kamu bisa menjaga anak saya, saya pikir kamu tulus mencintai anak saya, saya pikir kamu bisa membahagiakan anak saya, tapi ternyata?? Kamu Cuma bisa membuatnya menderita dan membuatnya jauh dari kami.... maksud kamu apa melakukan semua ini??” Amarah Papa Cindai sangatlah memuncak, ia tak terima anak tunggalnya meninggalkannya, juga Mamanya (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)

        Bagas benar-benar syok saat mendengar penjelasan Papa Cindai. Ia hendak memasuki kamar Cindai, namun dicegah oleh Papa Cindai. “Om, saya ingin melihat Cindai untuk yang terakhir kalinya,” ucap Bagas lirih, terlihat ia sedang menahan air matanya (ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu... sungguh ku tak relaa..)

        “Kamu ingat kan janji kamu pada saya? Kalau kamu tidak bisa menjaga anak saya, kamu jangan lagi berhubungan dengan dia. Dan sekarang! Saya tidak akan ngizinin kamu masuk untuk melihat Cindai. Kamu seharusnya bersyukur sekarang masih bisa ada di sini, dan bukan di penjara. Sebaiknya kamu pulang !! Saya tidak ingin melihat wajah kamu lagi !” jelas papa Cindai panjang lebar, ia berusaha menenangkan bicaranya (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        “Tapi Om...., saya mohoonn..” Bagas berlutut di hadapan Papa Cindai. Tangisnya mulai pecah (takkan pernah ku lupakan dirimu)

        “PULANG !!!” teriak Papa Cindai mendorong Bagas kasar (takkan sanggup ku lupakan semua) (musik jeda)

        Dengan perasaan tak karuan, sedih, menyesal, benci karena ia telah membunuh Cindai, kaget, kecewa, itu semua yang Bagas rasakan saat ini. Ia tak bisa menatap wajah Cindai di sisa hidupnya. Andaikan waktu bisa berputar kembali, ia ingin membatalkan semua janji-janjinya, tidak ada yang namanya malam tahun baru, tidak akan ada yang namanya kembang api, tidak ada yang namanya surprise. Seandainya Bagas tidak mengajak Cindai pergi dan tidak menelfon Cindai saat Cindai mengemudikan mobilnya, mungkin semua ini tak akan terjadi. Bagas benar-benar terpuruk. Kekecewaannya terhadap dirinya sendiri benar-benar tak dapat dipungkiri. Bagas terus mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sangat indah. Tempat yang bernuansa romantis, tempat yang sudah dihiasnya sedemikian rupa, tempat yang nantinya akan menjadi tempat bersejarah baginya dan Cindai. Namun semua itu tak terjadi.

        “Aaaaaaaaaaaaarghh...!! kenapa ini semua harus terjadi..” (di saat terakhirku menatap wajah itu, terpejam kedua mata dan terbang selamanya)
        “Kenapa harus sekarang.. kenapa secepat ini....??” (ingin ku mengejar dirimu, menggenggam erat tanganmu)
        “Aku tau aku salah. Tapi aku masih ingin melihat wajah Cindai. Wanita terhebat setelah mama, calon pendampingku, aku sangat mencintainyaa...” (sungguh ku tak relaaa..aa...)
        “Cindai sudah pergi !! Dia melanggar janjinya. Janji untuk mendampingiku sampai kakek nenek...” (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)
        “Aku egois !!! seandainya aku nggak nelfon kamu, pasti sekarang kamu udah nyampe sini...” (takkan pernah ku lupakan dirimu)
        “Aaaarghh Cindaaaiii maafin akuuu...” (takkan sanggup ku lupakan semua)

        SUNYI !! (ku tau kau tak tersenyum melihatku menangis maka semua kenanganmu ku relakan saat kepergianmu)

        Penyesalan memang tak pernah datang tepat waktu. Penyesalan selalu datang terlambat. Selalu datang saat semua yang tak diinginkannya terjadi. Hanyalah penyeselan yang masih tersisa. Penyesalan !! sebuah perasaan yang begitu membunuh. Membuat setiap orang yang merasakannya begitu terpuruk.
        Tak ada harapan lagi untuk Bagas menatap wajah cantik Cindai. Tak ada harapan lagi untuk Bagas memandangi manisnya bibir Cindai saat tersenyum. Tak ada harapan lagi untuk bisa bercanda tawa dengan Cindai. Tak ada lagi harapan Bagas untuk bisa membahagiakan Cindai. Tak ada harapan lagi untuk Bagas bisa menikahi Cindai, dan menjadi ayah dari anak-anak Cindai. Bahkan untuk saat ini, tak ada harapan untuk Bagas bisa menyaksikan pemakaman kekasihnya itu.

(23.40 WIB)

(Backsound: Fatin_ Dia Dia Dia)

        “Bentar lagi pukul dua belas malam, Sayang. Aku masih nunggu kamu untuk ngerayain tahun baru ini. Berdua Sayang, aku masih bisa kan melihat pesta kembang api dari atas bukit ini berdua sama kamu.”

        “Masih bisa kok,” suara itu ?? suara kembut itu ?? itu suara Cindai. Entah ini sebuah halusinasi atau apa. Tapi itu suara Cindai. Tak dapat di pungkiri. (selalu ku pikir bahwa aku tegar)

        “Cindai?” Bagas menoleh (aku tak pernah menyangka kan begini)

        “Iyaa. Aku Cindai. Pacar kamu” jawab Cindai tersenyum (dan saat engkau tak di sisiku lagi)

        “Ini bohong” (baru ku rasakan arti kehilangan)

        “Enggak sayang. Aku masih hidup. Aku masih ada buat kamu. Ini aku Cindai. Semuanya tadi salah! Itu bukan aku” Cindai benar meyakinkan. Ia mendekati Bagas, begitu juga sebaliknya. Tangan mereka bertemu. Benar-benar nyata. Kedua pasang mata mereka saling bertatapan. Mencari sebuah kenyataan yang lebih dalam lagi. Dan ya!! Ini nyata. (ingin ku bicara hasrat mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk lalui hitam putih hidup ini, saat engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada lagi yang tersisa, dia dia dia telah mencuri hatiku)

        “Jadi?? Aaarrghh.. apa aku sudah gila?” Bagas tak percaya. Ia melihat Cindai tersenyum ke arahnya. Mengeratkan genggaman tangannya. Mungkin Cindai ingin membuktikan bahwa ini nyata. Tangan mereka masih bisa bertemu. (dan saat hari di mana kau tinggalkanku, ku kira semuanya kan baik-baik saja, dan kini baru ku sadari semua, dia dia dia telah mencuri hatiku)

        PLEK !! Bagas langsung menarik tangan Cindai. Membawa Cindai kedalam dekapannya. Merasakan sebuah hal yang lebih nyata lagi. Dan ini memang Cindai. Kekasihnya. Ini masih BELUM BERAKHIR. Harapan-harapan itu kembali muncul. Air matanya mulai surut. Dan senyuman kini mengembang di antara keduanya. (ingin ku bicara hasrat mengungkapkan masih pantaskahku bersamamu tuk lalui hitam putih hidup ini, saat engkau pergi tak kau bawa hati dan tak ada lagi yang tersisa, dia dia dia telah mencuri hatiku) (musik jeda)

        “Om minta maaf, Gas.” Itu adalah suara Papa Cindai. Suara itu terdengar lembut. Bagaspun melepaskan pelukannya. Ia menatap Papa Cindai berdiri di hadapannya

        “Untuk apa, Om?” Bagas tersenyum

        “Maaf karena Om sudah menuduh kamu. Ternyata tadi bukan Cindai. Hanya saja kamar mereka berdekatan. Dan Om fikir itu Cindai. Ternyata Cindai hanya mengalami luka ringan di kepalanya. Dan sekarang! Om mengizinkan kalian untuk merayakan pesta kembang api di sini. Om tau kamu baik, Gas” jelas Papa Cindai. Ia langsung memeluk Bagas

        “Bagas gak pernah nganggep Om salah kok. Dan tadi Bagas berfikir semua yang Om bilang itu benar,” jawab Bagas membalas pelukan Papa Cindai

        “Yaudah! Lima menit lagi pukul dua belas. Om pulang dulu ya! Cindai, Papa pulang dulu ya!” pamit Papa Cindai

        “Iya, Pa” jawab Cindai tersenyum

        “Om nggak ikut tahuan baruan di sini ??” goda Bagas

        “Hmm.., takut ganggu!” balas Papa Cindai lalu pergi

        “Hahaha” tawa Bagas dan Cindai

(Backsound: Fatin Ft. Mikha_ Kaulah Kamuku)

     Kini Bagas dan Cindai sedang duduk di atas bukit itu. Mereka berdua sama-sama memeluk kedua lututnya yang di tekuk dan menatap indahnya langit malam ini. Penuh dengan taburan bintang. Dan cahaya bulan yang semakin menyempurnakan. Suasana tahun baru mulai terasa. Sungguh ini romantis.

        “Lucu ya??!” ucap Bagas menoleh Cindai (detik indah di pulang sekolah)

        “Hm?” Cindai memicingkan alisnya tanda ia tak mengerti (di siang lewat pukul dua belas)

        “Ya ini! Aku udah nangis sejadi-jadinya sampe wajah aku merah kek gini dan aku udah malu karena diusir Papa kamu waktu di rumah sakit, dan ternyata?? Ternyata Cuma salah orang, ternyata kamu nggak papa, kamu baik-baik aja!!” jelas Bagas kesal (basah tubuhku terguyur hujan, bersama berdua tertawa bahagia)

        “Hahaha.. kamu yang lucu! Lagian suruh siapa tadi kamu ketiduran, kan jadinya lupa kalo kamar aku bukan di sebelah situ..,” tawa Cindai (ku bertanya pada hati, telah kah ku jatuh hati, semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)

        “Iish kamu kok ngeledek sih..,” Bagas menggelitiki pinggang Cindai (entah apakah gerangan, akupun merasakannya)

        “Aww.. Hehe.. Aww.. Ih Bagas geli tau! Lepasin!! Iihh... jahat” (gelisah di setiap malam, bayangmu dalam lamunan)

        “Aku nggak mau lepasin. Suruh siapa kamu ngeledekin aku mulu. Kalo kamu mau gak digelitikin lagi, kamu harus nurutin permintaan aku” ucap Bagas masih terus menggelitiki pinggang Cindai (ku bertanya pada hati, telah kah ku jatuh hati, semua terasa serba salah bila jauh tanpamu)

        “Aduh.. sayang, lepasin dong! Yaudah deh iya aku mau. Kamu minta apa?” Cindai benar-benar pasrah, ia tidak ingin mati kegelian.. hehe (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Nah gitu dong.. sekarang aku mau ini!” Bagas menyentuh bibir Cindai (dan membaca yang telah tersirat

        “Apaan?” (di antara kita)

        “Nggak ngerti?? Masa? Apa mau digelitikin lagi nih..?” (ingin selalu aku dekatmu)

        “Apaan sih?”

        “Kok gitu sih.. aku mau ini!” Bagas kembali menyentuh bibir Cindai dengan jari telunjuknya (engkaulah kamuku)

        “Ish kamu modus banget sih. Nggak Ah! Gaboleh tau.” (ku bertanya pada hati)

        “Yaudah digelitikin lagi”

        “Eh eh jangan! Yaudah deh. Eh tapi di pipi aja ya! Please..” (telahkah ku jatuh hati)

        “Kenapa emangnya kalo di bibir?” (semua terasa serba salah)

        “Aku malu.. udah deh di pipi aja!” (bila jauh tanpamu)

        “Yah kamu.. yaudahlah gapapa”

        CUP !! Cindai mencium pipi kanan Bagas (siapapun yang melihat kita mungkin kan mengerti)

        “Udah kan?” tanya Cindai berbinar

        “He’em..” Bagas hanya mengangguk tanpa ekspresi (?) (dan membaca yang telah tersirat di antara kita

        “Kok gitu?” (ingin selalu aku dekatmu)

        “.......”

        “Kenapa sih?” (engkaulah kamukuuu...)

        “.......” (Oo.. yeeeyee..)

        “Marah?”

        “.......”

        “Gak asik ih” (engkaulah kamukuuu..)

(00.00 WIB)

        CIIIITTT... JEDDARR !!
        CIIITTTT... JEDDARR !!
        CIIIITTT... JEDDARRR !!

        Sudah terdengar suara kembang api menggema. Kelap-kelip cahayanya begitu indah, warna yang sangat beragam, dan membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan kesan tersendiri. Bagas dan Cindai bisa menikmatinya dari atas bukit ini. Sunggu indah kembang api-kembang api itu. Kembang api yang paling indah di antara kembang api lainnya adalah kembang api yang bertuliskan “HAPPY NEW YEAR 2014” benar-benar mengesankan.

        “Sayang! Liat deh itu kembang apinya udah nyala.. bagus ya!” Cindai terkagum-kagum melihat pemandangan kembang api di malam itu

        “.......” namun Bagas masih diam, ia bersikap seolah-olah mengatakan “biasa aja”

        “Kamu masih marah? Kan gak seru, Gas. Masa tahun baruan kayak gini sih?” rengek Cindai

        Bukannya malah menjawab, Bagas malah bangkit. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Cindai.

        “Apa maksudnya? Kok Bagas semarah itu sih.. nggak kayak biasanya!” Cindai menggerutu kesal. Posisinya masih bertahan di sana. Dalam hatinya, biarin deh Bagas pergi, yang penting aku bisa nikmati tahun baru di sini.

        CIIIITT... JEDDARR !! JEDDAAARR !!

        “Ebuset!!” Cindai kaget saat mendengar suara kembang api di dekatnya. Cindaipun menoleh, daann... “WOW...!” Cindai semakin terkagum-kagum saat melihat itu. Baginya ini adalah kembang api terindah di seluruh dunia. Kembang api yang bertuliskan “I LOVE YOU CINDAI” dan di bawahnya “BAGAS CINDAI FOREVER” dan di bawahnya lagi “HAPPY NEW YEAR MY LOVE”. It’s so beautiful. Hari yang sangat bersejarah bagi BaDai, terlebih Cindai. Ia merasa sangat berarti bagi Bagas, sampai-sampai ia memberikan semua ini untuknya.

(Backsound: Storia_ Buat Ku Tersenyum)

        “Ehem! Suka nggak?” Bagas mengagetkan Cindai dengan memeluknya dari belakang. Cindaipun menoleh

        “Kamu jahat ih! Bisa banget ya kalo disuruh bikin kejutan kek gini!” kesal Cindai menahan tawa (waktu itu kau datang padaku kau bilang padaku kau mau denganku)

        “Yaiyalah.. Bagas gitulooohh haha” (aku mau menerimamu jadi kekasihku, jika kau janji kan selaluu..)

        “Iiihh.. aku pikir tuh tadi kamu mau pulang, kirain marah beneran.. eh ternyata.. iihh aku kesel tauu!!” Cindai membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Bagas kemudian memukul Bagas pelan (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakan ku selalu seumur hidupku)

        “Tapi kamu seneng kan... Udah ngaku aja!” goda Bagas mencubit kedua pipi Cindai (buatku buatku buatku tersenyum untukmu)

        “Aw.. Ih tuh kan ngesellin lagi. Emang ya, dari dulu ngesellinnya gak ilang-ilang”

        “Terus kenapa mau jadi pacar aku kalo emang ngesellin ???” Bagas pura-pura marah ‘lagi’

        “Yaaa karenaa.. karenaa.. ya karena aku cinta lah sama kamu!” jawab Cindai seadanya. Ia benar-benar salting diperlakukan seperti ini oleh Bagas (aku mau ada di hatimu hadir di mimpimu warnai harimu)

        “Hahaha... polos banget sih pacar aku!” jawab Bagas lalu memeluk pinggang Cindai hingga Cindai tertarik dan merapat ke tubuhnya (aku mau menerimamu jadi kekasihku jika kau janji akan selalu...)

        “Ya terusss?? Mau yang galak?” Cindai melototkan matanya

        “Hehehe.. nggaklah sayang” (cintai aku.. sayangi aku.. bahagiakanku selalu seumur hidupku.. buatku buatku buatku tersenyum untukmu)

        SUNYI !!! Bagas masih memeluk pinggang Cindai. Mereka saling bertatapan di temani suara-suara kembang api. Cindai merasa saat ini adalah wanita paling bahagia sedunia. Ia bisa mempunyai seorang kekasih seperti Bagas. Sosok lelaki yang luar biasa. Tampan, baik, perhatian, pintar, romantis, dan tulus mencintai Cindai apa adanya, dalam suka maupun duka.
        Sedangkan Bagas. Ia sangat bersyukur saat ini. Bersyukur karena kisahnya belum berakhir. Kekasihnya baik-baik saja. Andaikan Cindai benar-benar meninggalkan dunia ini, ia pasti tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Sungguh luar biasa.

        “Happy new year my love...” bisik Bagas

        “Happy new year too..” jawab Cindai

        Bagas memegang dagu Cindai dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memeluk pinggang Cindai. Kini jarak antara wajah Bagas dan wajah Cindai semakin dekat. Cindai menutup matanya, perasaannya saat ini benar-benar tak karuan, jantungnya juga berdetak semakin kencang, dan tubuhnya terasa kaku. Bagas memiringkan wajahnya. Daann.. CUP !! Bagas mencium bibir Cindai di malam tahun baru ini. Di antara indahnya pesta kembang api seluruh dunia. Dan di bawah kembang api terindah yang bertuliskan ..,

        “I LOVE YOU CINDAI”
        “BAGAS CINDAI FOREVER”
        “HAPPY NEW YEAR MY LOVE”


_TAMAT_

Jumat, 29 November 2013

Cerpen Bagas Cindai

"Si Tomboy Jatuh Cinta"

Cerpen BaDai {}


Cast:
*Bagas Rahman Dwi Saputra_ As: Bagas
*Gloria Chindai Lagio_ As: Cindai
*Agatha Chelsea Terriyanto_ As: Chelsea
*Gilang Wahyudha Wannartha_ As: Gilang
*Alfandy Himawan Bagus Rafli_ As: Rafli
*Videmarsha Anasuciara Prabaswara_ As: Marsha

Author:
Dwi Riska Aulia
FOLLOW=> @dwiriska_a

Backsound:
*Bagas Icil_ Selamat pagi
*BLINK_ Cinta pertama
*SMASH_ Selalu bersama
*Coboy jr_ Eeaa

(Bagas Icil_ Selamat pagi)
“cindai...cindaaaiii...ayo sayang bangun” ucap seorang wanita paruh baya sambil membuka gorden kamar anaknya yang bernama Cindai, lebih tepatnya GLORIA CHINDAI LAGIO (ku rasakan hangat indahnya sang mentari membangunkanku dari tidur yang lelap ini)

Cindai adalah seorang mahasiswi di Universitas BaDai Static Indonesia, kini ia masih duduk di semester 3, yaa!! Setiap harinya cindai memang seperti ini, susah sekali untuk bangun pagi.

“gamau ah ma, hari ini kan libur” bantah cindai kembali menutup sekujur tubuhnya dengan selimut (sinarmu yang terang mulai memasuki)

“ish.. gak boleh, kamu ini perempuan sayang” ucap mamanya berusaha membuka selimut cindai (mata dan mengusirku dari alam mimpi)

“siapa juga yang bilang cindai cowok” sahutnya

“aduuh kamu ini ya, pokoknya kamu harus bangun, sana mandi” bentak mamanya sambil membuka selimut cindai

“ih mama ngesellin ah, yadeh cindai mandi..huh” jawab cindai terpaksa (dan kini ku bergegas tuk segera siapkan)

“huh, anak muda jaman sekarang...” ujar mamanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya (diriku tuk mulai menjalani hari ini)

“cepet ya sayang.. mama sama papa nunggu dimeja makan” teriak mamanya sambil mengetuk pintu kamar mandi cindai

“iyaaa maaaaa” sahutnya yang juga berteriak (tak sabar ku temui sluruh sahabat yang tersenyum menyambut datangnya pagi ini)

Selesai mandi cindai langsung berdandan dengan gaya khas nya, cindai memang pantas dibilang cewek yang cukup TOMBOY karena penampilannya yang tidak pernah terlihat girly dibandingkan gadis remaja sebayanya. Tapi walaupun begitu, cindai adalah gadis remaja yang juga pantas untuk dibilang cantik, manis, dan yang lebih utama adalah smart.

Cindai mengikat rambutnya kesamping, menggunakan kaos oblong berwarna hitam yang dibalut hem kotak-kotak berwarna coklat, celana jeans selutut, dan tak lupa ia juga memakai sepatu cat berwarna hitam putih kesayangannya. Tomboy sekali bukan ??

“aduh ma, anak kita ini” ujar papanya ketika melihat cindai menuruni anak tangga rumahnya dan berjalan menuju meja makan

“mama juga cape pa bilangin dia terus, mungkin cindai lebih nyaman dengan panampilannya yang seperti itu” jawab mamanya sambil mengoleskan selai pada sehelai roti untuk suaminya

“morning ma, pa...” ujar cindai lalu duduk dikursi meja makannya(?) dengan posisi satu kaki dinaikkan ke atas

“aduh cindai sayang, kakimu ituloh ?” ucap mamanya mengingatkan

“hehe maaf ma, pa, cindai lupa, udah kebiasaan sih” jawabnya cengengesan lalu menurunkan kakinya

“makanya jangan dibiasain dong ndai” ucap papanya

“iyaiya, cindai minta maaf deh” ucap cindai sambil memanyunkan bibirnya

“yaudah nih sarapan dulu” ujar mamanya memberi sehelai roti yang sudah diolesi coklat favorit cindai

***

Terlihat cindai sedang mengayuh sepeda fixie nya yang berwarna biru, mengayuh sepeda menyusuri jalan raya yang cukup dibilang luas dan ramai. Cindai bersepeda sambil mendengarkan musik menggunakan earphone kesayangannya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti alunan musik yang sedang diputarnya.

Namun cindai tak sendiri, ia bersama dengan dua teman cowoknya. Yang pertama bernama Rafli, dia adalah seorang cowok yang pantas dibilang keren, karena gayanya yang selalu membuat wanita terpesona. Dan yang kedua bernama Gilang, dia adalah cowok yang pantas untuk dibilang manis, karena senyumnya ituloohh membuat para wanita dikampusnya terpana, tapi Gilang agak sedikit LEMOT, makanya dia sering dijadikan bahan ejekan oleh teman-temannya termasuk Cindai dan Rafli.
Mereka bertiga sudah bersahabat sejak SD, jadi mereka sudah saling menganggap seperti saudaranya sendiri.

Cindai memang tak suka dengan teman cewek, karena menurutnya teman cewek itu membosankan, sukanya marah dan dikit-dikit nangis, apalagi dengan cewek yang suka dandan, cindai paliiiing tidak suka. Makanya itu cindai lebih banyak mempunyai teman cowok dari pada cewek.

“kita sepeda kemana aja nih ?” tanya rafli (dan ku katakan slamat pagi)

“kita ke bundaran HI aja yukk.. biasanya disana rame” jawab cindai dengan semangat (embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini)

“jangan deh ndai, gue gak setuju kalo kita ke tempat itu” sahut gilang

“yaudah terserah, emang lo punya ide tempat apa ?” ujar cindai

“gue pengen bersepeda di ituloh.. tempat yang banyak air mancurnya terus ditengahnya ada dua patung diatas.. kalian tau kan tempat itu” ujar gilang sambil memperagakan dengan tangannya

“itu bundaran HI bego” ucap cindai menoyor kepala gilang (dan ku katakan slamat pagi)

“aduuhh sakit tau ndai” rintih gilang (kicau burung bernyanyi)

“rasain lo”

“adooh udah udah, kita jalan aja sekarang, kelamaan disini ntar keburu siang” ajak rafli menengahi (dan kini ku siap tuk jalani hari ini)

Kurang lebih satu jam mereka bersepeda, kini mereka berhenti disebuah taman yang lumayan indah.

“ndai, lang, gue pulang dulu ya! Nyokap sms gue nih” pamit rafli

“yaudah hati-hati broo” jawab cindai

“gue juga mau pulang ya ndai” ucap gilang

“ngapa pulang ?? lo juga di sms sama nyokap lo” tanya cindai dengan gaya cowok

“bukan ndai, ini kan taman nih, dan disini biasanya tempat orang pacaran, sedangkan disini kita berdua ndai, nanti kalo disangka pacaran gimana ?? gue mah gamau” jelas gilang panjang lebar

Cindaipun membulatkan matanya menatap gilang..

“siapa juga yang mau disangka pacaran sama lo.. udah sana pulang” usir cindai mendorong gilang

“haha.. bye cindai” ledek gilang lalu pergi

“eh awas lo ye” teriak cindai sambil menunjukkan jari telunjuknya

“rafli udah pulang, gilang juga udah pulang, terus gue ??” tanya cindai menunjuk mukanya

“ah pulang ajadeh” lanjutnya

Cindaipun mengayuh sepedanya dengan penuh semangat, tak ada kata lelah untuknya dalam bersepeda, karena cindai memang lebih suka hal-hal yang berbau olahraga, apalagi olahraga untuk cowok, beeeuuuuhh cindai jagonya deh.
Tapi tiba-tiba....

CIIIITTTT..!! Bruukk

Cindai terserempet oleh mobil ferrari berwarna putih. Mobil yang dikendarai oleh seorang cowok yang berwajah tampan ini.

“eh lo bisa nyetir kaga sih ? fiuuuhh fuuh” marah cindai sambil meniupi luka dilututnya

“sorry ya gue gasengaja, lo gapapa kan ?? lagian lo sih pake earphone.. makanya lo gak denger klakson mobil gue” ujar cowok tersebut mendekati cindai

“gapapa jidat lo... ngapa lo nyalahin gue sih, kan lo yang udah nabrak gue, bantuin atau apa kek” ujar cindai ketus

‘nih cewek ngesellin banget sih, dibaikin malah nyolot’ batin cowok tersebut

“wwooyy kok lo bengong..??”

“eh iya, yaudah ayo ke rumah gue aja” ucap cowok tersebut menggendong cindai

“eh eh mo ngapain lo” ucap cindai memberontak

“ya gendong lo ke mobil lah.. abis itu gue obatin, rumah gue gajauh dari sini kok” ujar cowok tersebut lalu memasukkan cindai ke dalam mobilnya

“eh lo jan apa-apain gue ya” ucap cindai yang baru kali ini merasa ketakutan, karena ia hanya berdua didalam mobil dengan seorang cowok yang tak pernah dikenal sebelumnya

“lo tenang aja, gue anak baik kok, jadi lo gosah takut” jawab cowok itu tersenyum

‘gilaaaa nih cowok, senyumnya kece bangeeetttttt coooyyy’ batin cindai sambil melihat cowok tersebut

“hey lo kenapa..?” tanya cowok tersebut sambil melirik ke arah cindai

“eh gapapa kok” jawab cindai gugup

“rumah lo mana sih ?? katanya deket” lanjutnya

“iya deket, tuh rumah gue yang warna kuning kecoklatan” ujar cowok tersebut menunjuk rumah yang berdiri megah diseberang sana

“oh” respon cindai

=====

Cowok tersebut kembali menggendong cindai ketika memasuki rumahnya, hingga akhirnya ia sampai di ruang tamu. Cowok itupun merebahkan tubuh cindai disofa ruang tamunya.

“loh sayang, itu siapa ?” tanya seorang wanita paruh baya, mungkin itu mama dari si cowok tadi

“tadi aku nabrak dia dijalan ma” jawab cowok itu

“aduuh nak, kamu gapapa kan, luka kamu parah enggak ?” tanya wanita tadi perhatian pada cindai

“gapapa kok tan, Cuma luka kecil aja” jawab cindai tersenyum

“syukurlah, tante takut kamu kenapa-napa, yaudah kalo gitu tunggu bagas ya, biar dia yang obatin” ucap wanita itu lembut lalu meninggalkan cindai

“iya tan”

‘oh jadi nama cowok itu bagas’ batin cindai

“hey” sapa bagas tersenyum lalu duduk disebelah cindai yang sedang tiduran

“eh elo” jawab cindai berusaha bangkit dari posisinya

(BLINK_ Cinta pertama)

“eh udah udah, lo jan bangun dulu.. ntar lo pusing, gapapa tiduran aja” ucap bagas mencegat cindai (ada rasa tak wajar yang datang menghampiriku)

“......” cindai tak bisa berkata apa-apa, ia hanya mematung dan terhipnotis oleh ketampanan bagas (kau memberiku cinta dan membuatku bahagia)

‘buseett dah, baru kali ini gue deg-degan didepan cowok’ ucap batin cindai (sungguh berdebar jantungku bila kau ada dekatku)

“gue duduk ajadeh, ga enak kan kalo lonya aja yang punya rumah ini duduk, ngapa gue yang tiduran” ucap cindai mencoba bangkit

“yaudah gue bantu” sahut bagas lalu membantu cindai duduk (tak kan ada yang lain hanya kamu dihidupku)

‘sumfaaahhh jantung gue udah kayak tempat clubing aja nih, dag dig dug deeerrr’ batin cindai ketika bagas memegang pinggangnya (bahagianya hatiku rasakan cinta pertama)

Kini bagas mengobati luka yang ada dilutut cindai..

“eh pelan-pelan ya, perih” ucap cindai berusaha mencegah tangan bagas

Bagaspun mendongakkan wajahnya kearah cindai kemudian tersenyum

‘duuhh deket banget lagi ah’ batin cindai memejamkan matanya

“lo tenang aja, gue gak kasar kok” jawab bagas pelan

‘ni cewek cantik juga, walaupun dengan gayanya yang super tomboy, tapi masih tetep keliatan cantik dan manis’ batin bagas sambil memandangi cindai

‘lo perhatian banget sih gas, jarang-jarang ada cowok kaya lo gini’ batin cindai berbicara

Dengan ketelatenannya(?) bagas membuang sedikit demi sedikit darah yang berada disamping lukanya, hingga tahap terakhir bagas selesai membalutkan perban dilutut cindai.

“dah” ujar bagas sambil menutup kotak obat

“thanks ya” jawab cindai tersenyum

“siipp nyantai aja kali” ucap bagas menepuk pundak cindai

“oh iya, nama lo siapa ?” lanjut bagas

“gue cindai” ucap cindai cindai menjulurkan tangannya

“gue bagas” balas bagas

“iya gue udah tau kok”

“...” bagas hanya mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti

“tadi kan nyokap lo yang bilang” sahut cindai

“oh nyokap, lo kuliah ? atau....”

“iya gue kuliah” jawab cindai mendahului

“dimana ?”

“Universitas BDS Indonesia” jawab cindai tersenyum

“lah, berarti kita satu kampus ?” ucap bagas kaget

“seriusan ?? tapi kok gue gapernah liat lo ya ?” tanya cindai sambil mengerutkan keningnya

“gue sih juga gapernah liat lo ndai, tapi gue termasuk populer looh dikampus, banyak cewe-cewe yang minta nomer hape gue” ujar bagas sambil menyenggol lengan cindai

“hah!! Jangan bilang..kalo lo itu... BAGAS RAHMAN DWI SAPUTRA ?” tebak cindai

“haha.. ternyata lo juga tau gue ndai ? iya gue bagas rahman dwi saputra, lebih bekennya sih BAGASRDS” ucap bagas tertawa lepas

“gue sih ga ngurusin yang begituan gas, gue juga tau nama tadi dari temen-temen cewek dikelas gue yang suka ngomongin lo” jawab cindai enteng

“boong banget kalo lo gatau gue” ledek bagas

“eh beneran, gue tuh kalo kuliah fokus aja sama kuliah, kaga suka mikirin hal-hal yang begituan” ujar cindai

“oh gitu, emang lo gapunya pacar ?” tanya bagas

“kok lo nanya gitu ?” ujar cindai kaget

“ya nanya aja ndai, gaboleh juga gapapa kok” jawab bagas memalingkan wajahnya

“yeee si bagasrds ngambek nih, gue gapunya pacar kok, pacaran mah ribet, emang lo punya ?” ledek cindai

“enggak ndai”

“engga ?? ga mungkin banget.. pasti lo boong kan sama gue”

“gue ga boong kali, gue juga males pacaran ndai”

“oh gitu, tapi gue masih ga nyangka loh cowok se populer lo masih ada yang JONES” ujar cindai dengan nada meledek

“jones apaan ??”

“yah ganteng ganteng kudet, jones itu jomblo ngenes kaya lo sama gue juga” jelas cindai dengan tawa kecilnya

“haha.. eh tadi lo bilang apa ?? gue ganteng ?” ucap bagas mendekatkan wajahnya ke arah cindai

“hmm eee anu.. ma...maksud gue, ya lo gantenglah, semua orang juga tau kalo lo itu ganteng” jawab cindai gugup karena wajah bagas semakin mendekati wajahnya

“haha.. lo lucu ya ndai kalo lagi salting gitu” ledek bagsa mencubit pipi cindai

“aww... siapa juga yang salting” elak cindai

“itu tuh salting” goda bagas

“ish apaan sih gas” jawab cindai tersipu

“hmmm gue suka pipi lo ndai, chubby” ucap bagas mencubit kedua pipi cindai

“aww sakit kali gas” rintih cindai sambil memegang kedua pipinya

“canda kok, maaf yah” ucap bagas tersenyum

“iya gapapa kok” balas cindai

Suasana pun hening, bagas dan cindai tak saling menatap dan hanya berpandangan lurus, hingga akhirnya...

“gas, gue pulang dulu ya” pamit cindai memecahkan keheningan

“pulang ?? emang lo udah baikan ?” tanya bagas perhatian

“udah kok, inikan Cuma luka kecil” jawab cindai enteng

“yaudah terserah lo aja”

“oke, gue pulang yaa” ucap cindai lalu bangkit dari posisi duduknya

Cindai hendak melangkahkan kakinya tapi tiba-tiba ia terjatuh..

“aw aw” rintih cindai

“eh lo gapapa kan ?” tanya bagas menangkap cindai

Cindaipun mendogakkan wajahnya, akhirnya pandangan mereka bertemu dan...

“em..maaf gas, gue gamaksud.....”

“sssttt.. gapapa kok” ucap bagas tersenyum sambil meletakkan jari telunjuknya dibibir cindai

“yaudah deh, gue pulang” ucap cindai mulai melangkahkan kakinya, tapi bagas menahan tangan cindai

“kenapa gas ?” cindaipun menoleh dan melirik tangannya yang dipegang bagas

“gue aja yang anterin lo” jawab bagas tersenyum

“sepeda gue ??”

“ya gue anterin lo pake sepeda” jawab bagas

“maksudnya gue boncengan ke lo gitu ?” tanya cindai mengerutkan keningnya

“hem” jawab bagas mengangguk

“eh bentar, terus nanti lo pulang pake apa kesininya” cegat cindai

“gampang lah ndai, taksi kan banyak, udah yuk” ujar bagas lalu menggandeng tangan cindai

‘ternyata bagas baik, gue pikir bagas yang sering cewek-cewek omongin itu sombong banget, dia kan populer dikampus’ batin cindai

“yuk ndai” ajak bagas yang sudah stand by di sepeda cindai

“duh gue boncengan dimananya gas, kalo dibelakang gue takut jatoh, soalnya lutut gue agak bengkak nih”

“didepan lah ndai” jawab bagas enteng

“okedeh”

“udah siap ?” tanya bagas menunduk

“udah” jawab cindai menoleh

DEG !!! Jantung cindai mendadak bergetar ketika menoleh, karena jarak antara wajahnya dengan wajah bagas sangaatttttt dekat

Cukup lama mereka bertatapan, tapi cindai langsung memalingkan wajahnya.

“yaudah yuk gas” ajak cindai dengan suara yang sedikit menggetar

“oke”

~~~~~~~~

“hey ndai” sapa gilang yang melihat cindai berjalan menuju dirinya yang sedang bersama rafli di samping koridor kampus

“eh ndai, lo napa pincang gitu ?” tanya rafli yang melihat cindai berjalan pincang

“kemaren gue diserempet mobil” jawab cindai enteng sambil menyandarkan bahunya di diding kampusnya

“BUSHEEETTTT” ucap rafli dan gilang kaget

“eh lo berdua lebay deh, gue aja yang ke serempet kaga masalah, napa kalian yang repot” sahut cindai menoyor kepala rafli dan gilang

“lo hobi benget sih ndai jitak kepala kita” keluh rafli

“biarin”

“hay cindai” sapa seorang cowok yang sedang berjalan menuju cindai, rafli, dan gilang

“siapa tuh ndai ?” tanya gilang

“dia yang nyerempet gue kemaren” jawab cindai

“oh jadi dia biang kerok nya, oke gue bakal kasih pelajaran buat dia” ucap rafli kemudian menggulung lengan bajunya

“pelajaran matematika raf ??” tanya gilang watados

“matematika gigi lo ?? gue pen hajar dia gilang yang lemot kaga ada ujungnya” ujar rafli

“yee lo jan bawa-bawa gigi kenapa sih raf, tersinggung nih gue” ucap gilang manyun

“ckckck” tawa cindai dan rafli

“hay guys” sapa bagas

“hay” jawab cindai tersenyum

“eh lo jan basa basi deh, lo kan yang udah bikin kaki cindai kaya gini” ucap rafli hendak memukul bagas, tapi ditepis oleh cindai

“rafli !! lo apa-apaan sih ?” bentak cindai

“kok lo marah ndai, gue Cuma gamau lo kenapa-napa” jawab rafli

“gue ga kenapa-napa raf, yaudah yuk gas kita pergi aja” jawab cindai membentak, kemudian menarik tangan bagas

**

“ndai” ucap bagas memulai pembicaraan

“hem”

“gue mau nanya sesuatu sama lo”

“apaan”

“tadi itu pacar lo ya ?” tanya bagas hati-hati

“ha! Pacar ? yang mana ?” tanya cindai membulatkan matanya

“itu ndai, yang tadi mau mukul gue”

“oh itu si rafli, dia mah bukan pacar gue, tapi dia sahabat gue” jelas cindai tersenyum

“emang kenapa sih ??” lanjut cindai

“gapapa kok, gue pikir dia pacar lo, soalnya dia perhatian gitu sama lo”

“ya bukanlah, gue kan udah bilang kalo gue gapunya pacar” balas cindai

Waktu berjalan begitu cepat, kini tiba saatnya cindai untuk pulang dari kampusnya itu.

“ndai” sapa rafli dari kejauhan. Cindaipun menoleh namun hanya sejenak, dan melanjutkan perjalanannya.

“ndai tunggu” ucap rafli mengejar cindai

“ndai, lo marah sama gue ?” tanya rafli mencegat tangan cindai

“apaan sih raf, lepasin !!” kesal cindai melepaskan tangan rafli

“cindai!! Jawab pertanyaan gue” bentak rafli

“iya!! Gue marah sama lo, PUASS!!!” jawab cindai tak kalah membentak

“lo kenapa sih ndai, kenapa lo berubah gini ?” tanya rafli lagi

“berubah gimana, gue gak pernah berubah, gue tetep jadi cindai”

“tapi lo beda ndai, sekarang lo lebih mentingin si bagas daripada gue sama gilang, padahal kita sahabat lo, lo udah gak kayak dulu lagi, lo kenapa sih ? atau jangan-jangan lo SUKA sama bagas ???” ujar rafli yang membuat jantung cindai terlonjak kaget

‘duuhh gue harus jawab apa nih, jujur gue emang mulai suka sama bagas, tapi apa iya gue harus ngungkapin itu semua sama rafli ?’ batin cindai bertanya-tanya

“jawab ndai ?? lo suka kan sama bagas ?” tanya rafli memegang kedua bahu cindai

“kalo gue suka sama bagas kenapa ?? lo cemburu ?? kenapa lo harus ngurusin sih” jawab cindai hendak pergi

“iya!! Gue CEMBURU” jawab rafli menekan kata cemburu. Cindaipun menoleh, dan kembali berjalan menuju tempat rafli berdiri

“maksud lo ??” tanya cindai menghadap rafli

“gue suka sama lo ndai” jawab rafli tiba-tiba memeluk cindai

“raf, lepasin ih!!!” ucap cindai memberontak, tapi tetap saja tidak bisa, karena rafli memeluknya sangat erat

“gue suka sama lo, gue gamau lo ninggalin gue ndai, gue gamau lo jadi milik orang lain” ujar rafli masih memeluk cindai

“rafli lepasin..!!”

“gak, gue ga akan lepasin sebelum lo terima cinta gue” paksa rafli

“lo kenapa gini sih raf, maaf raf, gue gabisa” jawab cindai berusaha melepas pelukan rafli

“hey!!! Lepasin cindai” ujar seorang cowok

Raflipun melepas pelukannya lalu pergi tanpa mengeluarkan satu katapun.
Akhirnya cindai berlari menuju cowok itu yang ternyata adalah bagas.

“thanks ya gas” ucap cindai tersenyum

“iya, lo gapapa kan ndai ?”

“gapapa kok”

“yaudah yuk” ucap bagas menggandeng tangan cindai (tak kan ada yang lain hanya kamu dihidupku)

“eh mau kemana ?” cegat cindai

“ya nganterin lo pulanglah ndai” jawab bagas enteng

“ha!! Nganterin gue ?” tanya cindai kaget

“iya, emang kenapa sih, sampe kaget gitu”

“haha, sebenarnya sih gada apa-apa, Cuma gue ga nyangka aja secara kan lo cowok terpopuler di kampus ini, kok bisa-bisanya sih mau pulang bareng gue” jelas cindai dengan tawanya (bahagianya hatiku, rasakan cinta pertama)

“emang kenapa ?? ge boleh ?”

“ya boleh sih”

*****

Cindai sedang berada di balkon kamarnya. Ia menatap indahnya langit malam yang dihiasi bintang-bintang dan bulan. Semilir angin menambah kenikmatan pada malam itu.

“gue masih gak nyangka kalo rafli suka sama gue.. kok gue ga pernah ngerasa ya ??” ucap cindai sambil berjalan mondar-mandir

“bagas ?? dia baik sama gue, perhatian, siapa sih yang gak suka sama cowok kaya dia, pokoknya bagas tuh bener-bener paket lengkap” lanjutnya

“ish kok gue jadi mikir ginian sih.. heuuhh” cindai menghela nafas panjang lalu memasuki kamarnya

Hari demi hari telah berlalu, jarak antara bagas dan cindai semakin dekat. Hampir setiap hari mereka jalan berdua, makan, nonton, dan juga berangkat ke kampus. Mereka sudah seperti pasangan yang benar-benar lama menjalin hubungan, padahal di antara mereka tidak ada hubungan apa-apa.

Suatu hari di sebuah kafe....

Di sana sudah terlihat cindai dengan gaya khas nya, rafli, dan satu orang cewek yang terlihat cukup anggun pada malam itu.

“raf, lo mau ngapain sih ngajak gue kesini ? dan cewek ini ?” tanya cindai sangat kebingungan akan semua ini

“ndai, gue mau minta maaf sama lo” ucap rafli menatap cindai dalam

“duh rafli, lo itu sahabat gue.. gue udah maafin lo kok” jawab cindai tersenyum

“thanks ndai”

“yoii broo” ucap cindai menepuk pundak rafli

“oh iya, sampe lupa nih.. ndai, kenalin ini marsha, dia pacar gue” ucap rafli memperkenalkan wanita disebelahnya, yang ternyata adalah marsha

“marsha” ucap marsha tersenyum sembari mengulurkan tangannya

“cindai” balas cindai

“ciieeeee rafli sekarang udah punya pacar.....” ledek cindai

“selamet ya buat kalian berdua, semoga langgeng” lanjut cindai

“jiah lo bisa aja ndai, thanks ya sob” balas rafli

“siipp”

**

Seperti biasa, setiap pagi cindai, rafli, dan gilang berkumpul di tepi-tepi koridor kampusnya. Tapi kali ini mereka tak hanya bertiga, ada satu anggota baru disana, yakni marsha !! pacar rafli.

“eh lang, gimana nih kita berdua kalah sama rafli” sindir cindai

“haha iya ndai, si rafli udah punya pacar.. lah gue ?” sambung cindai

“eh kalian apaan si.. walaupun gue udah pacaran sama marsha, kita tetep jadi sahabat kok.. yakan beib ?” jawab rafli lalu merangkul marsha

“iyadong” jawab marsha

“ciiyeeee”

“eh eh kayanya itu bagas deh, tapi dia sama siapa ?” ucap gilang sambil menunjuk suatu tempat yang tidak jauh dari mereka berempat.

Di seberang sana terlihat dua insan yang sedang bahagia. Benar-benar terlihat dari mata mereka berdua, tatapan penuh cinta. Mereka tertawa, berbicara asik, berjalan dan bergandengan tangan. Semua itu membuat seorang gadis ini hancur, hancur karena melihat orang yang sangat dicintainya bercanda tawa dengan gadis lain. Memang tak seharusnya ia menangis karena ia memang bukan siapa-siapa untuk lelaki itu, tapi apa daya.. air mata itu menetes dengan sendirinya.

“guys.. gue pergi dulu ya” ucap cindai lalu berlari dari hadapan sahabat-sahabatnya

“cindai kenapa ?” tanya marsha

“kayanya dia cemburu deh” jawab rafli

“iya raf, selama ini kan bagas deket sama cindai” sambung gilang

“pasti cindai ngerasa di PHPin !” ucap marsha


=======

=======

(Yovie and Nuno_ Galau)

Cindai sedang menekuk lututnya di atas kasur tercintanya. Kepalanya menunduk, dengan air mata yang terus bercucuran.

(taukah hatiku galau tak tau harus melangkah, sejak pertama mata jatuh menatap hatiku tak pernah dusta)

‘cewek itu...? dia siapa ? kenapa dia tiba-tiba muncul.. apa mungkin dia pacarnya bagas ?’ batin cindai terus bertanya-tanya (bila cintaku ini salah, hatiku tetap untukmu)

“aaaaaa gue salaaaahhh.. gue salah jatuh cinta.. gue benci cintaaa” ucapnya berteriak sambil menjatuhkan semua benda-benda dikamarnya termasuk merobek-robek fotonya bersama bagas. (namun kenyataannya parah, dirimu tak pernah untukku)

Tok..tok..tok..

“cindai.. buka pintunya sayang..” ucap mamanya lembut sambil mengetuk pintu kamar cindai yang sengaja cindai kunci (mencoba lupakan keinginan hati namun tak ingin ku menyerah)

“...........” cindai tak menjawab

“sayang.. dari kemaren kamu belom makan, ayolah ndai keluar dari kamar kamu.. hari ini kan kamu kuliah sayang” lanjut mamanya dengan lembut (tapi mengapa bila aku mendekat rasanya semakin jauh)

“gak mau maaaa... cindai gak mau keluar kamaaaarrrr” jawabnya berteriak dengan suara menggetar (bila cintaku ini salah hatiku tetap untukmu)

“udah ma, nanti cindai pasti keluar kok.. percaya deh sama papa” ucap papa cindai berusaha menenangkan istrinya (namun kenyataannya parah dirimu)

“yaudah yuk pa, kita sarapan dulu” ajak mama cindai (dirimu tak pernah untukku)

Sementara yang terjadi pada bagas..

“cindai mana ya ?? tumben gue gak liat dia” ucap bagas celingak celinguk

“hay beib...!! aku kangeeenn banget sama kamu” ucap seorang cewek tiba-tiba memeluk bagas dari belakang

“eh chelsea ! kamu parah banget sih, baru juga sejam gak ketemu” jawab bagas

“yeee emang gak boleh kalo aku kangen sama kamu ?? aku kan pacar kamu beib” ucap chelsea manyun

“boleh-boleh aja sih” jawab bagas

“kamu kenapa sih beib.. kayanya kamu lagi gelisah gitu deh, nungguin apaansi ?” ucap chelsea yang juga celingak celinguk mengikuti bagas

“gapapa kok, yaudah yuk kita pulang aja” jawab bagas menggandeng tangan chelsea

“yuk”

~_~

Dear diary,

Untuk yang pertama aku mengisi buku kecil ini

Baru kali ini aku merasakan indahnya jatuh cinta
Dan baru kali ini juga aku merasakan sakitnya patah hati
Cinta tidak selalu membuat seseorang tersenyum
Cinta lebih banyak membuat orang menangis
Seperti yang aku rasakan saat ini

Aku tau..
Mungkin aku tak pantas untuk dicintainya
Aku bukanlah yang terbaik untuknya
Aku juga mengerti bahwa pilihannya bukanlah yang setara denganku
Pilihan itu pasti lebih baik dariku yang hanya seorang gadis biasa

Tapi...
Aku kecewa, aku sedih, aku cemburu..
Aku kecewa karena dia memberiku sebuah harapan palsu
Aku sedih karena dia benar-benar menghianatiku
Aku cemburu karena aku melihatnya tertawa ria bersama gadis lain

Aku menyesal karena merasakan cinta ini !!
Cinta yang membuatku tersiksa
Cinta yang membuatku lemah
Dan cinta yang membuatku mengeluarkan air mata ini

~_~

Rafli, marsha, dan gilang menghampiri cindai ke rumahnya.

Tok..tok..tok..

“cindai.. ada temen-temen kamu nih, buka pintunya ya sayang” ucap mamanya

“siapa ma ?” tanya cindai dari dalam kamar

“ada rafli, gilang, sama... marsha”

“masuk aja ma, pintunya gak cindai kunci kok” jawab cindai

“yaudah gih kalian masuk” perintah mama cindai

“makasih tan”

“jangan lupa bujuk cindai ya, bujuk dia supaya gak ngurung diri di kamar terus”

“siipp tante”

Mereka bertiga pun masuk ke kamar cindai

“hay cindaaii” sapa rafli, marsha, gilang

“hayy” jawab cindai berusaha tersenyum

“lo habis nangis ndai ?” tanya marsha (hapuslah air matamu, diriku hanya datang untukmu)

“ha!! Nangis ?? engga kok” elak cindai

“udah deh gosah boong, keliatan banget kali ndai” sambung gilang (memang hidup kadang susah bikin gelisah ah ah ah ah)

“hmm iya” jawab cindai tertunduk

“karena bagas ??” tanya rafli yang mendapat anggukan dari cindai (genggamlah tanganku aku akan selalu mendukungmu setiap waktu)

“lo sabar aja ya ndai, gue yakin suatu saat nanti kebahagiaan itu pasti datang” ucap marsha memeluk cindai (curahkan semua kesal, amarah, lelah, sampai lenyap semua beban itu)

“thanks ya sha” jawab cindai tersneyum lalu membalas pelukan chelsea

“yaudahlah ndai, lo gosah nangis lagi.. ga pantes tau kalo lo nangis” ledek rafli

“yee gini-gini gue juga cewek kali raf” jawab cindai manyun

“haha” tawa semuanya

“eh ndai, gue mau ngajak lo ke suatu tempat” ucap marsha antusias

“tempat apaan chels ?” tanya cindai penasaran

“udah deh ikut aja, gue yakin lo pasti gak sedih lagi” jawab marsha memastikan

“hmm okedeh” jawab cindai pasrah

“kita berdua ??” tanya rafli dan gilang kompak

“ceiilaah disini aja kali”

“yadeh”

Cindai dan marsha menuju sebuah tempat yang sangat familiar, terutama untuk para gadis. Tempat tersebut adalah SALON !! yaa marsha membawa cindai ke salon.

“sha sha.. apaan nih ?” cegat cindai ketika hendak memasuki salon tersebut

“etdah, bisa baca kan ndai ? noh BDS SALON” jawab marsha geram

“gue juga tau kali sha kalo ini salon, tapi yang gue maksud itu lo ngapain bawa gue ke salon kaya gini ?”

“ish lo bawel ah, udah ayo kita masuk.. pokoknya lo harus nurut semua ucapan gue” perintah marsha

“ebusheett.. emang lo siapa ? kayanya galakan lo daripada nyokap gue”

“serah deh, udah ayo masuk” ucap marsha menggeret tangan cindai

“iyaiya ih”

~di dalam salon~

“eh ada mba' mba' yang cantik cantik.. mau ap....” ucapan pemilik salon yang super duper rempong itu terpotong oleh marsha

“udah mba' gosah kepanjangan, ini nih temen gue pokoknya bikin dia jadi cantik ya !!” ucap marsha

“hmm ini ??” tanya becong itu menunjuk cindai

“iya, emang kenapa ?” tanya marsha

“huuu untung eike profesional, kalo nggak.. hmm pasti bakalan sulit ngurus cewek tomboy, dekil, bau, kaya gini” jawab bencong itu menutup hidungnya

“ckck” marsha hanya cekikikan mendengarnya

“setdah, lo mau ngehina gue apa gimana sii ?” ucap cindai emosi

“eh eh jangan marah, eike takut... yaudah ikut eike... yuuuuu” ucap si bencong membawa cindai

“siipp.. bikin yang cantik ye !! awas lo kalo nggak” teriak marsha lalu duduk di kursi tunggu dan membaca-baca majalah

Waktu terus berjalan, telah lama marsha menunggu cindai. Dan kini cindai sudah selesai disulap oleh si bencong tadi.

“sha” panggil cindai pelan

Marsha pun menoleh, dan....

“setdah... ini cindai apa bukan ??” tanya marsha ketika melihat cindai dengan penampilan barunya

“ya gue cindai lah sha, gimana sii..” jawab cindai sambil berjalan kaku(?) karena ia belum terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi

Cindai menggunakan dress selutut berwarna coklat muda agak kekuningan, sepatu dengan warna senada, rambut yang dikeriting gantung, dengan polesan wajah yang sangat simple, bulu mata lentik, eye leiner, eye shadow dan blush on tipis, serta bibir yang berwarna pink membuat cindai terlihat semakin cantik dan lebih feminin.

“sumpah lo cantik banget ndai, gue ga nyangka lo bisa berpenampilan kaya gini” ucap marsha sambil memegang rambut cindai

“ish biasa aja kali sha, eh emang ada apaan sih kok gue didandanin kek gini ??”

“lo ga perlu tau itu, pokoknya gue mau lo berpenampilan kek gini tiap hari, apalagi kalo ke kampus.. dan kalo sampe lo gak nurutin gue, lo akan tau akibatnya” jelas marsha heboh

“what ?? gue harus pake kaya beginian tiap hari ??” tanya cindai kaget

“jiah lebay lo ndai, emang apa salahnya sih ? lagian lo lebih cantik dandan gini daripada yang biasanya”

“hmm okedeh, gue akan coba” jawab cindai pasrah

“beneran ndai ??” tanya marsha memastikan

“iya”

“aaaaa makasih cindai, gue seneeeeeng banget kalo lo mau berubah” ucap marsha memeluk cindai

“haha lo bisa aja sha”

“eh ndai, kita ke mall yuk” ajak marsha

“mall ?? ngapain si ?” tanya cindai

“ngangkat jemuran !! ya shoping lah ndai, gimana sii” kesal marsha

“gamau ah sha, buang buang duit tau” bantah cindai

“pokoknya lo harus mau, ini semua demi kebaikan lo gloria chindai lagiooooooo” ucap marsha lalu menggeret cindai

“heeuhh” cindai menghela nafas panjang

Bagas.P.O.V

“mama sama papa udah ga ada masalah kalo gue nolak perjodohan ini..” bagas berbicara sendiri dikamarnya

“jujur, gue ga ada rasa sama chelsea.. tapi gue gak tega harus mutusin dia” lanjutnya

“gue ga papa kok gas, gue tau lo gak pernah cinta sama gue, gue juga tau kalo lo gak pernah setuju sama perjodohan ini..” sahut chelsea yang tiba-tiba memasuki kamar bagas

“chelsea ?? kok lo ?”

“iya, gue sengaja dateng kesini, gue juga pen ngucapin itu sama lo... dulunya sih gue amang suka sama lo, tpi sekarang gue sadar kalo sebenernya gue gak pantes buat lo” jawab chelsea tersenyum

“tapi chels.. maksud gue....” ucapan bagas terpotong oleh chelsea

“udah gas, gue beneran gapapa kok, dan sekarang gue udah mutusin kalo kita jadi sahabat aja.. jadi kita berdua bisa sama-sama nyari cinta sejati kita, iyakan ??” jawab chelsea lembut

“thanks ya chels, gue bangga punya sahabat kaya lo” ujar bagas lalu memeluk chelsea

“sama-sama gas” jawab chelsea membalas pelukan bagas

****

Dengan penampilan yang berbeda dari biasanya, cindai berjalan melewati koridor kampus. Tatapan cowok-cowok disana hanya tertuju pada cindai, cindai pun tersenyum ke arah mereka. Cindai seakan-akan berjalan di atas karpet merah, bak seorang ratu berjalan diantara prajurit-prajurit istananya.

“wow.. it’s amazing”

“gilaaa cantik bangett broohh”

“cindai beneran berubah”

“senyumnya manis banget”

“sumpah ni cewek beneran cantik”

“hay cindaii...”

“hay ndai,, pin BB nya dong”

Itulah kata-kata yang keluar dari mulut para cowok di kampus yang melihat cindai.

Beberapa jam kemudian...

Cindai berjalan di taman sendirian, awalnya cindai bersama marsha, tapi marsha masih berbelok ke toilet, jadi terpaksa cindai berjalan sendiri. Di pertengahan jalan tiba-tiba..

BRUUKK !!
PLEK !!

(Coboy jr_ Eeaa)

Cindai bertabrakan dengan bagas, dan untungnya bagas segera menangkapnya.
Mata mereka saling bertatapan, entah kenapa ? bagas tak melepaskan tangannya, begitu juga dengan cindai, ia tidak bangkit dari posisinya.

‘ini cindai ? sumpah lo cantik banget ndai... gue ga nyangka lo bisa berubah gini.. mungkin gue udah ga perlu nunda lagi, ini waktu yang tepat’ batin bagas sambil menatap cindai (engkau bidadari jatuh dari surga dihadapanku eeaaa)

‘gilaaa.. kalo udah deket gini keliatan banget wajah bagas, beneran mulus... lo keren banget sih gasss.. gue makin cinta aja sama lo, tapi sayang lo udah punya cewe lain’ ucap batin cindai (engkau bidadari jatuh dari surga tepati hatiku eeaaa)

“ciiiiyeeeeeeeeeee” ledek seisi kampus yang melihat BaDai

Cindaipun langsung bangkit, begitu juga dengan bagas langsung melepaskan tangannya.

“sorry gas” ucap cindai lalu pergi

“tunggu ndai” cegat bagas memegang tangan cindai

“ada apa gas ?” tanya cindai menoleh

Tanpa banyak berbicara lagi, bagas berlutut di hadapan cindai. Kemudian memegang tangannya

“would you be my girl friend ??” ucap bagas dengan lancarnya

“chelsea ?” tanya cindai mengerutkan keningnya

“dia bukan pacar gue”

“terima.. terima.. terima.. terima....” ucap semuanya yang sedang menyaksikan adegan tersebut

“eeeee... iii...ii.. iiyaa” jawab cindai tersenyum malu

“thanks cindai” ucap bagas mencium tangan cindai yang sedari tadi dipegangnya

“cium..cium..ciumm..cium...!!!” pinta semuanya

“apaansi” cindai tersipu

Bagaspun berdiri, bagas semakin mendekatkan wajahnya ke wajah cindai.. dan..

“jangan gas, malu tau...” bisik cindai pelan

Tanpa menjawab, tiba-tiba CUP !! bagas mencium pipi cindai.

“ciiyeeeeeeee selamet ya gas, ndai” ucap marsha, rafli, gilang dan chelsea dan diikuti oleh semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada.

“cindaaaaiiii i love youuuuuuuuuuuu” teriak bagas lalu menggendong cindai

“aaaaaa turunin gas, malu tauuu” ucap cindai memberontak

“gak, aku gamau nurunin kamu.. kalo bisa turun sendiri” jawab bagas

“yah gak bisa lah, masa aku turun sendiri ? gimana turunnya, gas aku malu” ucap cindai menutup matanya karena malu

“haha yaudah deh aku turunin, tapi janji kamu harus teriak kalo kamu cinta sama aku ?” ujar bagas

“hmm iyadeh iya, asalkan akunya diturunin dulu” pasrah cindai. Bagaspun menurunkannya

“ayo ndai, tadi udah janji kan !” bisik bagas

“BAGAAAASSSS I LOVE YOUUUUUUUUUUU” teriak cindai

“love you toooo.... makasih ya sayang” jawab bagas lalu memeluk cindai. Cindaipun membala pelukannya

~~~

Kini untuk kedua kalinya cindai menulis di diary.

Dear diary,

Ternyata dugaanku salah, aku telah menuduh bahwa cinta bisa merusak segalanya.
Tapi sekarang aku sadar, cinta memang tak selalu membuat seseorang tersenyum, cinta memang juga bisa membuat seseorang menangis.
Tapi percayalah !! suatu saat nanti cinta itu akan datang dengan sendirinya. Membawa keindahan dan membuat kita tak bisa berhenti tersenyum ketika merasakannya.
Mungkin rasa sakit itu akan datang lagi, tapi itu hanyalah ujian yang Tuhan berikan untuk kita. Tuhan ingin tau seberapa besar kesabaran kita.
Dan yang paling aku senang adalah, karena cinta sudah merubahku menjadi wanita seutuhnya.

Terima kasih cinta.....!!


<3 END <3